Brilio.net - Selain penjaga makam dan tukang gali kubur, ada lagi profesi lain yang masih berhubungan dengan makam dan tidak kalah unik. Mereka adalah para pencari bunga kamboja.
Adalah Endang (57), warga Desa Sriti, Delanggu, Klaten, Jawa Tengah yang sudah bertahun-tahun lamanya berprofesi sebagai pencari bunga kamboja. Hampir setiap hari Endang berkeliling dari makam ke makam sambil membawa tas kresek dan galah panjang untuk mengumpulkan bunga tersebut. Setiap hari Endang bisa mengumpulkan bunga kamboja sebanyak 7 kg, ketika memasuki bulan Mei saat kamboja memasuki musim berbunga Endang bisa mengumpulkan hingga lebih dari 10 kg.
Bunga-bunga itu selanjutnya akan dikeringkan dan dijual ke pengepul dengan harga yang cukup tinggi. Itulah mengapa Endang mengaku betah dengan profesinya ini karena dari situ dia dapat membiayai anak-anaknya sekolah.
"Kalau dijual bunganya saja biasanya dihargai Rp 12.000 per kilo, tapi kalau sudah dikeringkan bisa Rp 90.000 per kilonya," ungkap Endang saat ditemui brilio.net di pemakaman Sriti, Kamis (16/4).
Endang juga mengaku, jika musim hujan tiba maka dia terpaksa menjualnya tanpa dikeringkan karena susah mengeringkannya. Sedangkan para pengepul sendiri, menurut Endang, biasanya memiliki alat pengering.
Permintaan bunga kamboja kering semakin hari kian besar karena manfaatnya begitu besar, yaitu sebagai penghambat disentri, radang saluran pernafasan, TBC, maupun hepatitis. Sayangnya mayoritas masyarakat di Indonesia belum memaksimalkan fungsi tanaman kamboja ini selain sebagai penghias pemakaman.