Brilio.net - Siapa bilang bekerja di depan komputer tidak bisa menghasilkan uang? Berbekal ilmu internet marketing, Hendi Prasetya bekerja sama dengan rekannya membuka toko penjualan cincin pernikahan secara online.
Kini, bisnisnya tersebut memiliki ratusan pelanggan baik di dalam negeri maupun luar negeri dengan keuntungan puluhan juta rupiah per bulan.
Ide bisnis online tersebut bermula ketika Hendi yang memang punya kemampuan di bidang internet marketing mengajak rekannya yang berprofesi sebagai perajin perhiasan untuk memasarkan produk via internet.
Sejak tahun 2012 silam, bisnis online Hendi resmi berjalan. "Jadi dia yang memproduksi, saya bagian pemasaran via online," ujarnya saat dihubingi brilio.net.
Selain menjual cincin pernikahan dan tunangan merek IVOwedding, Hendi kini juga melayani pemesanan souvernir dan undangan pernikahan. Kendati usahanya dirintis dari Yogyakarta, kebanyakan pembeli rupanya justru datang dari luar daerah. Bahkan, sejumlah pembeli berasal dari negara tetangga. "Ada yang dari Hongkong, Taiwan, Malaysia, dan Brunei," tambahnya.
Untuk penjualan via online, Hendi memang punya kendala tersendiri. Masalah tersebut biasanya soal ukuran cincin. Untuk mengatasinya, dia punya trik khusus. "Kita kasih tutorial cara mengukur ukuran cincin. Jadi pembeli bisa menentukan ukuran cincinnya sendiri," ujarnya.
Dalam berbisnis, Hendi selalu berusaha menjaga kualitas produk dan layanan kepada para pelanggan. Bahkan, dia tak segan-segan menggantinya dengan yang baru jika produknya ternyata mengalami kerusakan atau cacat ketika sampai ke tangan pembeli. "Kalau permata copot kita benerin gratis atau ukuran nggak cocok, bisa dikembalikan," tambahnya.
Hendi juga menerima buy back jika para pelanggannya bosan dengan model atau karena hubungan asmara si pelanggan kandas di tengah jalan. "Mas, aku mau jual kembali cincinnya, karena udah putus dengan cewekku," kenang Hendi menirukan ucapan pelanggannya sambil tertawa terbahak-bahak.
Dalam sebulan, Hendi mendapatkan pesanan hingga 150 pasang cincin dengan omzet mencapai 50 juta. Dari omzet tersebut, alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu bisa meraup keuntungan sampai 30%.