Brilio.net - Generasi 90-an banyak dikatakan sebagai generasi emas. Banyak hal yang ada di tahun tersebut sudah tak bisa dirasakan oleh generasi saat ini. Maka nggak heran jika masa-masa kenangan tahun 90-an selalu saja menarik untuk dikenang, mulai dari makanan, mainan, perabotan, hingga kebiasaan yang ada di tahun tersebut.
Jeli melihat fenomena itu, Dinda Aneswari (26), gadis asal Yogyakarta ini membuka usaha penyedia makanan, mainan, hingga perabotan zaman dulu yang diberi nama Mbokjajan. Dengan tagline Surganya Jajanan dan Mainan Jaman Baheulak, Dinda berusaha menyediakan segala hal yang berhubungan dengan zaman dulu.
Mau cari makanan kuno seperti Anak Mas, Krip-Krip, Gulai Ayam, Tic-Tic Snac, permen Bolala, hingga permen karet Yosan? Semua tersedia di Mbokjajan. Begitu juga dengan mainan zaman dulu maupun perabotan kuno, semua lengkap ada di Mbokjajan.
Aneka jajanan dan mainan 90-an yang di display di Mbokjajan
BACA JUGA :
Makin kuno, harga barang ini dibanderol makin tinggi
Empat bulan setelah berjalannya Mbokjajan, alumni Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai bagian advertising salah satu radio di Yogyakarta. Dan ternyata keputusannya itu dianggapnya sangat tepat. Usaha yang telah ditekuni Dinda selama 1,5 tahun ini bisa dikatakan telah berkembang pesat.
Terbukti saat ini usahanya telah merambah ke perawatan zaman dulu. Dengan label Mboknecis, ia menyediakan pisau cukur jadul, akar wangi, pomade jadul, minyak urang-aring, hingga sabun cuci yang sudah sangat sulit ditemukan saat ini.
Cewek yang tinggal di Jalan Bintaran Yogyakarta ini mengaku jika berbagai produk yang saat ini ada di Mbokjajan diperoleh dari berbagai daerah, mulai dari Jakarta, Cilacap, Pekalongan, hingga Banjarmasin. Awalnya memang tak mudah untuk bisa mendapatkan berbagai barang yang sudah tidak beredar di pasaran ini. Tapi berkat keuletannya, ia bisa mendapatkan berbagai produk kuno itu, bahkan langsung dari perusahaan pembuatnya.
"Ternyata memang jajanan maupun produk lawas itu sebagian besar masih diproduksi, tapi limited edition. Jadi mereka memproduksi cuma untuk penjual barang jadul seperti saya ini," kata Dinda kepada brilio.net, Senin (16/11).
Konsekuensi dari barang yang terbatas itu, harga yang diberikan juga berbeda dengan harga aslinya zaman dulu. Jajanan yang dulunya hanya seharga Rp 25, saat ini bisa menjadi berharga Rp 2.000.
"Tapi harga itu masih wajar, kan harga juga menyesuaikan inflasi yang ada," terang Dinda.
Aneka produk perawatan jadul yang dijual Dinda
Tak hanya menjual secara online, kini bisnis Dinda juga sudah merambah ke offline. Rumah yang dulunya ia sewa untuk gudang produk dagangannya kini telah dipoles sedemikian rupa hingga menarik para pelanggannya di sekitar Yogya untuk langsung mendatanginya. Ia juga menambahkan berbagai mainan maupun barang elektronik zaman dulu di rumah Mbokjajan yang berada di Jalan Ireda Nomor 35 Yogyakarta itu.
Untuk memperkuat kesan kuno, ia tambahkan sebuah gubuk berbentuk teras joglo di sampingnya. Di gubug yang diberi nama Omah Mbokjajan itu, ia tambahkan radio dan televisi kuno sebagai interior. Omah Mbokjajan itu juga bisa disewa untuk dijadikan tempat pertemuan terbatas dengan tema kekunoan.
"Saya ingin menciptakan kesan kuno di sini agar menarik pengunjung. Ini untuk memfasilitasi anak muda yang sering selfie dan mengunggah fotonya di media sosial," terang anak kedua dari dua bersaudara ini.
Interior yang sengaja dipasang Dinda di Omah Mbokjajan
Tak hanya masyarakat umum saja yang jadi pelanggannya, beberapa artis seperti Melanie Subono, Asty Ananta, Anji, Kirana Larasati, hingga Wendi Cagur juga menjadi pelanggannya. Bahkan, beberapa artis juga sengaja datang di tempat Mbokjajan di Yogyakarta.
"Ada juga artis yang saat ulang tahun pakai souvenir dari Mbokjajan," terang Dinda.
Ke depan, Dinda ingin menciptakan museum yang khusus menampung berbagai benda kuno agar apa yang dulu ada tetap bisa diketahui oleh generasi seterusnya.
"Doakan saja semoga impian saya itu bisa terwujud," ungkapnya.
BACA JUGA :
Kisah Ayu jual perangko kuno, butuh trik lepaskan perangko dari amplop