1. Home
  2. »
  3. News
25 November 2015 13:10

Kamu perlu tahu, tinjauan sains tentang hipnotis

Pada mereka yang benar-benar terhipnotis, para peneliti menemukan peningkatan aktivasi otak. Ahada Ramadhana

Brilio.net - Hipnotis telah menjadi atraksi yang sering dipertontonkan untuk acara hiburan di televisi. Hipnotis juga digunakan untuk terapi penyembuhan berbagai kelainan. Sains mendefinisikan hipnotis sebagai kondisi kesadaran yang melibatkan fokus dan perhatian tinggi, meminimalisasi percabangan pikiran, dan meningkatkan kemampuan untuk merespon sugesti. Seperti dikutip brilio.net dari Science Alert Rabu (24/11).

Ketika kamu asyik membaca buku atau menonton televisi, fokus menjadi sempit, dunia seolah perlahan-lahan pergi. Pada kondisi ini, pikiranmu mampu mematikan kemampuan respon otonom, yang merupakan sistem kontrol untuk mengatur fungsi tubuh seperti detak jantung, pencernaan, pernapasan, respon pupil, urinasi, gairah seksual, dan lain-lain.

BACA JUGA :
5 Jenis sentuhan ini terbukti ampuh bagi kesehatan kamu



Salah satu contoh dari respon otonom adalah tes Stroop. Ketika sebuah nama warna dituliskan dengan warna berbeda, semisal 'hijau' ditulis dalam warna biru. Di sini terjadi pertarungan interpretasi dalam otak, antara nama atau warna.

"Ini sulit karena proses otonomik kita menginginkan pembacaan terhadap kata berjalan bersamaan dengan kemampuan untuk menamai warna secara cepat. Jika kata tersebut ditulis dalam bahasa lain semisal Belanda, kamu tidak akan memiliki problem dalam menamai warna tersebut, karena kata tersebut tidak kamu kenali, kecuali kamu mengerti Bahasa Belanda (juga)," kata Mitch.


Ketika para peneliti memantau aktivitas otak para relawan dengan mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI), ditemukan penurunan aktivasi di bagian otak bernama anterior cingulate cortex, suatu area yang terlibat dalam penyelesaian konflik dan tuntutan bersaing. Ditemukan pula penurunan aktivitas di korteks yang berperan penting dalam mengenali kata-kata tertulis. Mematikan respon otonom ini merupakan cara para neurosaintis untuk lebih memahami cara kerja respon otonom tersebut.

Hipnotis tidak selalu bekerja sama persis pada setiap orang. Harvard Group Scale of Hypnotic Susceptibility pernah melakukan riset dan mendapatkan hasil bahwa sangat sedikit orang yang tidak mempan dihipnotis, banyak orang yang merespon sugesti pada hal ideomotor-ideosensori seperti mengangkat tangan tanpa sadar, dan sedikit orang yang merespon pada hal sugesti kognitif yang dapat berdampak pada memori dan persepsi bahkan sampai menciptakan halusinasi dan amnesia.

Para ilmuwan juga telah merekam otak orang-orang yang hanya berpura-pura memiliki kelumpuhan kaki karena hipnotis, dan mengulangi lagi ketika mereka benar-benar terhipnotis dan merasa kakinya benar-benar lumpuh. Pada mereka yang benar-benar terhipnotis, para peneliti menemukan peningkatan aktivasi otak di orbitofrontal korteks kanan, serebelum kanan, talamus kiri, dan putamen. Hipnotis memiliki perbedaan saraf dasar dengan mereka yang hanya berpura-pura terhipnotis. Jadi akan tampak siapa yang terhipnotis dan siapa yang hanya berpura-pura.

BACA JUGA :
Begini hasil studi terbaru tentang hubungan agama dengan kedermawanan

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags