Brilio.net - Kita masih ingat beberapa bulan lalu ketika batu akik sangat ramai diperjualbelikan. Sejak beberapa hari usai Idul Adha, penjualan batu akik menukik tajam. Dan itu lah yang dirasakan oleh M Dwi (29), penerus jualan batu mulia dari pakdenya. Ia telah 5 tahun menggantikan peran pakdenya berjualan akik di trotor pusat Kota Jogja.
"Sejak awal tahun hingga kira-kira bulan Seprtember penjualan batu akik melambung tinggi", tuturnya kepada Brilio.net Kamis (24/12).
Saat lagi tren penggunaan batu akik, penjualan dia rata-rata per harinya bisa menghasilkan Rp 1,5 juta. Ia benar-benar merasakan masa-masa kejayaan itu. "Setiap jenis apapun batu mulia yang saya beli pasti laku, mau bongkahan maupun yang sudah jadi," sambungnya.
Tapi kini hal itu sudah tidak terasa lagi. "Kalau sekarang, sehari dapat 50 ribu aja sudah bersyukur, paling tidak bisa buat makan," kilahnya.
Lelaki asal Pamekasan, Madura ini tahu betul situasi normal penjualan batu akik. Dalam keadaan normal, secara konstan ia bisa mendapatkan 3-5 orang pembeli. Namun sekarang, untuk mendapatkan satu pembeli saja ia merasa sangat susah.
Tidak cuma dari segi jumlah pembeli, harga kebanyakan batu berikut pengikatnya juga turun drastis. Hanya beberapa batu yang tergolong klasik dan mulia saja yang harganya tidak menukik tajam, seperti Saphire, Ruby, Permata, dan Batu Gambar. "Selain itu harganya bisa turun di atas 100 persen," pungkasnya. Ia mencontohkan harga batu Badar Besi dari semula Rp 150.000 ke atas, sekarang hanya sekitar Rp 50.000 saja.
Ada beberapa faktor dimana menurutnya mengakibatkan tren akik merosot tajam, salah satu yang paling kuat adalah ramainya penjual batu akik hampir di setiap daerah. Persaingan tersebut membuat harga semakin murah dan pembeli semakin jarang. Hal ini pada akhirnya membuat beberapa pedagang akhirnya bangkrut.