Brilio.net - Pernah mendengar istilah "mental tempe"? Pasti pernah dong ya! memang benar tempe selalu identik dengan kelas rendah dan murahan. Puluhan tahun lalu, Bung Karno pernah menyebut bahwa "Kita bangsa besar, bukan bangsa tempe." Sejak saat itu, tempe jadi dikaitkan dengan sesuatu yang rendah karena murah dan proses pembuatannya diinjak-injak. Kesalahpahaman tersebut membuat masyarakat Indonesia kurang bangga dan menghargai tempe.
Namun tidak begitu bagi Indonesian Tempe Movement, yang ingin mengubah imej tersebut. Bagi gerakan tersebut, tempe adalah makanan berharga asli Indonesia yang patut untuk dibanggakankan dan dikembangkan.
BACA JUGA :
Dimana ada tahu, di situ pasti ada tempe, kenapa?
Gerakan yang didirikan oleh dosen bioteknelogi Universitas Atma Jaya, Prof Dr FG Winarno bersama mantan mahasiswanya, Amadeus Driando Ahnan. Gerakan ini mengangkat tempe sebagai superfood hasil teknologi fermentasi asli Indonesia.
"Tempe merupakan harta kekayaan peninggalan nenek moyang kita di bidang teknologi pangan yang paling tak ternilai bagi bangsa. Kita semakin hari semakin sadar terlalu banyak melalaikan tempe," kata Driando kepada brilio.net, Minggu (6/9). "Menurut pendapat saya, kita ingin mengajak para ilmuwan benar-benar bersatu bagaimana mulai sekarang menggalang bangsa ini mencintai lagi tempe dengan derajat lebih tinggi."
BACA JUGA :
Bidan Deborah Harmi, selamatkan 11 bayi hanya dengan tempe
Pria yang sedang menempuh studi di Universitas Massachusetts itu menuturkan, sebagai langkah awal memperkenalkan tempe, diselenggarakan International Conference on Tempe and Its Related Product 2015 di Yogyakarta pada Februari lalu. Pada saat bersamaan, diadakan juga International Youth Conference on Tempe 2015 bagi kaum muda kreatif dari berbagai disiplin ilmu untuk merancang perkembangan tempe di masa depan. Konferensi ini melibatkan 300 peserta, termasuk dari Prancis, Polandia, Korea, Jepang dan negara lainnya.
Salah satu usaha yang dilakukan Driando bersama Indonesian Tempe Movement adalah dirinya dapat bertemu langsung dengan Miss Universe 2014 Paulina Vega untuk mencicipi langsung tempe goreng. Dirinya juga telah mengikuti Europe International Biotechnology Leadership Campe 2015 yang diselenggarakan di Swiss sebagai wakil dari Indonesia yang diikuti oleh negara-negara di Eropa. "Itu adalah salah satu cara aja kok, biar masyarakat dunia tahu bahwa tempe itu adalah makanan asli Indonesia," pungkasnya.
Selain mengedukasi masyarakat akan guna tempe, lanjut Driando, tujuan jangka panjang dari gerakan Indonesian Tempe Movement ini sekaligus ingin mengembangkan kedelai lokal untuk produksi tempe. "Jadi bisa mensejahterakan petani kedelai juga," sebutnya.
Menurut Driando, hasil penelitian juga merekomendasikan tempe sebagai Bahan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang aman dan bermanfaat bagi kesehatan. Deklarasi disampaikan berdasarkan kajian ilmiah dan rekomendasi PATPI (Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia), PERMI (Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia) serta PERGIZI PANGAN (Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia).
Ke depannya, penelitian-penelitian bersama dari lembaga pemerintah maupun swasta terkait tempe juga akan dibuat lebih besar lagi. Dengan harapan kelak berdiri World Tempe Research Center di Indonesia. "Di luar negeri banyak yang meneliti tempe. Amerika, Belanda, Jepang sampai Malaysia. Di Malaysia sendiri sudah terpikir membuat institut untuk tempe. Kita bisa lihat besarnya peranan tempe," katanya lagi.
Dia juga menyebutkan tentu terasa kurang enak jika institusi tempe dunia justru berada di luar Indonesia. Indonesia perlu belajar dari kemajuan Korea dalam mengembangkan makanan fermentasinya. Korea sudah memiliki World Institute of Kimchi dan museum khusus kimchi. "Mereka pun mempunyai standar pembuatan kimchi. Jadi Indonesia perlu membuat standar tempe, jangan sampai dilakukan lebih dulu oleh negara lain," pungkasnya