Brilio.net - Kancil Mencuri Timun adalah dongeng pengantar tidur yang pernah tenar di kalangan anak-anak Indonesia. Tak hanya lewat buku, dongeng kancil juga diceritakan lewat visualisasi wayang. Djariman Soebroto, lebih dikenal dengan nama Ki Ledjar adalah sosok yang membuat sekaligus mempopulerkan wayang si kancil.
Di rumah kecil nan sederhana di sudut kota Jogja itulah Ki Ledjar (78) menciptakan karya seni yang mendunia. Dalang kelahiran Wonosobo ini sejak 30 tahun yang lalu melintasi benua memperkenalkan wayang 'Kancil Mencuri Timun'.
Karyanya tersebut memang mendapat sambutan hangat di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Mereka kagum dengan keahlian Ki Ledjar dalam membuat wayang dan mendalang. Bahkan wayang buatan Ki Ledjar menjadi koleksi museum besar di Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Kanada, Amerika Serikat dan masih banyak lagi. Dirinya juga sudah sering mendapat undangan untuk tampil mementaskan wayangnya di negara-negara tersebut.
"Saya juga sering dapat pesanan membuat wayang dari pemerintah negara-negara di Eropa. Tahun lalu saya diminta membuat wayang bangau oleh Walikota Den Haag, bangau adalah ikon kota tersebut," cerita Ki Ledjar kepada brilio.net Kamis (10/9)
Dia juga mendapat pesanan membuatkan karakter wayang William Van Oranje yang merupakan founding father Negeri Kincir Angin tersebut. Dia juga pernah membuatkan wayang karakter Jan Pieterszoon Coen ketika memperingati 200 tahun berdirinya VOC.
Sayangnya, hal tersebut tidak dia dapatkan di negara sendiri. Ki Ledjar merasa bingung bagaimana negara lain begitu menghargai budaya bangsa Indonesia. Di negeri sendiri, wayang kancil justru terabaikan. "Selama ini pemerintah di sini hanya sekadar tahu, tetapi ya hanya sampai di situ saja," kata Ki Ledjar gelisah
Walaupun aktivitas seni ki Ledjar sudah dikenal luas bahkan hingga lintas benua, tidak membuatnya serta merta bisa tersenyum lepas dan bersantai-santai, masih ada ganjalan di hatinya.
"Kenapa bukan bangsa kita sendiri memanfaatkan media wayang untuk penanaman kesadaran akan sejarah bangsanya secara efektif. Beda dengan negara-negara Eropa yang sudah saya singgahi. Mereka mampu membuat wayang sebagai wahana interaktif dan mampu membuat seseorang merasa mendapatkan manfaat dari wayang tersebut," pungkasnya.
BACA JUGA :
6 Hal ini cuma dialami pejuang skripsi dengan dosen pembimbing killer!