Brilio.net - Melihat kaum ibu menenun, itu sih biasa. Tapi bagaimana jika pekerjaan menenun dilakukan anak-anak? Pemandangan inilah yang bisa kita saksikan di Desa Biboki, Kefamenanu, Nusa Tenggara Barat dan dua desa di Timor Tengah Utara.
"Sekarang banyak anak-anak antusias menenun meski waktu yang dibutuhkan cukup lama. Kita sama sekali tidak memaksa anak-anak untuk menenun setiap hari. Kalau mereka ada waktu, mereka bisa menenun," ujar Yovita Meta Bastian, perintis program weafing for life kepada brilio.net, Selasa (15/3).
BACA JUGA: Beda nasib dengan batik, tenun bikinnya susah tapi dihargai murah
BACA JUGA :
Foto 13 sekolahan paling mewah sedunia yang bakal membuatmu terpukau
Tenun karya anak-anak ini nantinya akan di pasarkan dan digunakan untuk memberikan beasiswa kepada para penenun cilik. "Kita butuh generasi seperti ini, karena ini merupakan kekayaan budaya, tidak boleh sampai hilang atau mati," kata Yovita.
Keberadaan anak-anak yang kini makin gemar menenun membuat kain indah ini bisa bertahan dari gempuran kain cetak.