Brilio.net - Percayakah kamu dengan kata mutiara 'kegagalan adalah awal dari kesuksesan'? Jika belum begitu percaya, kisah Dwi Andi Listiawan ini akan menambah keyakinanmu pada kata mutiara tersebut.
Menggondol seabrek prestasi dan menjadi asisten praktikum dari 10 mata kuliah di UGM Yogyakarta tak berarti jalan Andi mulus-mulus saja. Sebelum meraih itu semua, Andi juga pernah merasakan jurang kegagalan pada saat semester-semester awal kuliah S1-nya.
Andi masuk Fakultas Biologi UGM dengan background yang biasa saja. Tak ada yang istimewa darinya. Indeks Prestasi (IP) pertamanya memang mampu menembus angka 3,15. Tapi, di semester selanjutnya angka itu tidak meningkat, malahan anjlok tajam hingga menjadi 2,35.
"Aku frustasi, kurikulum tahun pertama tidak membangkitkan jiwa saya sebagai seorang biolog. Dosen mengajar topik-topik biologi umum yang lebih pada bidang keahliannya. Misal dosen yang ngajar biologi umum adalah dosen dengan bidang keahlian serangga ntar yang ada materi evolusi jadi evolusi serangga, perkembangan organisme jadi metamorfosis serangga, sampai bahas tarian lebah, padahal minat studiku bukan serangga," curhatnya pada brilio.net, Rabu (22/4).
Stres itu membuat Andi merasa mata kulih-mata kuliah yang diajarkan di kampus susah semua. Andi jadi merasa tak berbakat di bidang biologi. Akibatnya beberapa nilai mata kuliahnya jeblok.
Meski merasa stres, tak lantas membuat Andi menghilang dari peredaran. Andi masih aktif bersosialisasi dengan teman-temannya di Ikatan Mahasiswa Biologi se-Indonesia (IKAHIMBI). Tak disangka, semangat untuk bangkit justru muncul dari perkumpulan itu. "Dari IKAHIMBI aku dapat informasi tentang lomba biology story telling. Berbekal juara 1 story telling SMA, aku mencoba mendaftar. Materi lombanya itu pencandraan kayak materi kuliah Struktur Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. Alhamdulillahnya menang," ungkapnya.
Setelah menjuarai kompetisi itu, Andi mensugesti dirinya sendiri kalau biologi itu mudah dan aku mampu belajar biologi. Andi mengubah mindset-nya dan menjadikan materi kuliahnya begitu menyenangkan. Lambat laun nilainya terus merangkak naik dari semester ke semester.
Semangat yang berapi membuatnya berhasil lulus S1 dengan mengantongi gelar cumlaude dan piagam penghargaan sebagai asisten praktikum dari 10 mata kuliah. Tak hanya sampai di situ, prestasi akademik dan seabrek prestasi penelitiannya kemudian membuat langkahnya semakin jauh hingga mendapat beasiswa S2 Genetika Molekuler di Universitas Tokyo, Jepang.
Nah, jika sekarang kamu merasa sedang terpuruk dengan nilai IP, jangan patah semangat ya. Andi telah membuktikan dengan semangat belajar yang tinggi, maka bisa membalik kondisi itu.