1. Home
  2. »
  3. News
27 April 2015 06:17

Kisah Sugandi, guru honorer multiperan yang tak lelah menuntut ilmu

Sebagai guru ia harus terus belajar, up to date terhadap perkembangan ilmu yang semakin maju agar dapat mengiringi kemajuan zaman. Irwan Khoiruddin

Brilio.net - Sugandi, namanya. Ia adalah putra daerah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Sugandi menyelesaikan pendidikan D2 pada tahun 2007 dan langsung mengabdikan diri sebagai guru honorer pelajaran agama di Desa Karang Makmur, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin.

Semangatnya untuk belajar membuat dirinya melanjutkan belajar untuk meraih gelar sarjana di Palembang. Pulang-pergi dari Lalan ke Palembang ia jalani dalam rangka amanahnya sebagai guru honorer dan mahasiswa. Atas kegigihannya ia lulus Sarjana Pendidikan Islam di tahun 2010.


Di usia yang masih tergolong muda, Sugandi tidak hanya sebagai guru honorer biasa. Selain sebagai guru agama, ia juga mengemban amanah sebagai operator sekolah karena kemampuannya dalam mengoperasikan laptop. Tanpa operator, bisa jadi administrasi sekolah yang mulai serba online akan berantakan. Tak hanya itu, ia juga seorang pembina Pramuka, satu-satunya guru di SDN 2 Karang Makmur yang sudah menempuh pendidikan KML (Kursus Mahir Lanjutan).

Selain triple peran yang dimainkan Sugandi di sekolah, ia juga seorang petani yang rajin. Di sela-sela kesibukan yang luar biasa, semangatnya untuk bermanfaat bagi sesama membuatnya mengemban amanah sebagai pengurus sekaligus ustaz di taman pendidikan alquran di Desa Karang Makmur.

Gaya mengajarnya yang menarik dan penyabar, membuat ia menjadi guru favorit di SDN 2 Karang Makmur. Siswa-siswi menyayanginya sebagai guru, sebagai kakak, dan sebagai teman.

Sugandi sebagai orang kepercayaan kepala sekolah dan para dewan guru, tidak henti-hentinya berfikir tentang apa yang bisa diperbaiki, bisa dikembangkan, dan apa yang harus dipelajari lagi. Sugandi menyadari, walaupun sudah menjadi guru, itu tidak berarti ia mempunyai hak untuk berhenti belajar. Justru karena sebagai gurulah ia harus terus belajar, up to date terhadap perkembangan ilmu yang semakin maju agar dapat mengiringi kemajuan zaman.

Menjadi guru honorer tidak mengurangi semangatnya untuk terus maju. Dari tahun 2007 ke 2015 bukanlah tahun yang singkat dan mudah untuk menjadi guru honorer yang gajinya tak seberapa. Tapi bukan tentang gaji yang ia perjuangan. Baginya, gaji adalah nomor sekian setelah rasa yang tak dapat diungkapkan ketika berhasil mendidik anak-anak. Sugandi yakin bahwa pendidikan dan moral anak menentukan nasib suatu bangsa. Ia hanya berharap dengan langkah kecilnya pada dunia pendidikan dapat membantu memberikan penerang bagi anak-anak.

Anna Mahsusoh, sarjana kesahatan masyarakat universitas Airlangga yang juga seorang relawan dalam program Indonesia Mengajar di Palembang mengaku salut yang amat tinggi kepada sosok seperti Sugandi. "Karena di tangan gurulah terletak amanat besar untuk mendidik generasi penerus bangsa, kepada merekalah kita titipkan harapan nasib Indonesia yang lebih baik," kata Anna seperti dikutip brilio.net, Minggu (26/4) dari laman media sosialnya.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags