1. Home
  2. »
  3. News
1 Agustus 2015 06:09

Kisah Yuli Astuti, rela daki Gunung Muria demi cari jejak batik Kudus

Sebelumnya ia sama sekali tak mengenal Batik Kudus. Bahkan ia pun tak tahu sama sekali mengenai proses pembuatan batik. Nur Romdlon

Brilio.net - Menjadi orang pertama atau pelopor dalam membangkitkan sesuatu yang sudah lama hilang memang butuh pengorbanan yang keras. Tak jarang materi juga harus ikut terkuras demi mencapai keinginan tersebut. Hal itulah yang juga dialami oleh Yuli Astuti (34), warga Desa Karangmalang RT 04 RW 02 Nomor 11, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Dialah perempuan yang pertama kali membangkitkan batik Kudus yang telah lama hilang dari peredaran setelah mengalami kejayaan pada era tahun 1930-an.

Saat itu, motif batik Kapal Kandas dari Kudus menjadi motif yang banyak digemari para pecinta batik. Tapi seiring berjalannya waktu, perkembangan batik Kudus kalah dengan industri rokok yang semakin menjamur di kota itu. Banyak orang yang lebih tertarik untuk bekerja di perusahaan rokok ketimbang menekuni kerajinan batik.

Kepada brilio.net, Kamis (30/7), Yuli bercerita bahwa ia memulai usahanya hingga bisa mengangkat Batik Kudus dari nol. Sebelumnya ia sama sekali tak mengenal Batik Kudus. Bahkan ia pun tak tahu sama sekali mengenai proses pembuatan batik.

BACA JUGA :
Kisah Sarwidi, tukang becak yang jadi eksportir batik pewarna alam


Hingga pada tahun 2005 ia secara kebetulan mengikuti forum yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus. Pada kesempatan itu didatangkan satu-satunya pengrajin Batik Kudus bernama Ibu Niamah yang saat itu telah berumur 75 tahun. Ketika itu, hanya Ibu Nik yang masih bertahan menjadi pembatik di Kudus.

"Setelah tahu bagaimana sejarah Batik Kudus dahulu, keinginan saya bukan ingin menjadikan batik Kudus sebagai bisnis, melainkan ingin melestarikan motif yang hampir punah itu," terang Yuli yang merupakan lulusan sekolah fashion ini.

Untuk menggali informasi tentang batik Kudus motif Kapal Kandas yang fenomenal itu, Yuli harus melalui proses yang tak mudah. Ia mencoba mencari jejal 43 pembatik Kudus zaman dahulu, tapi tetap tak ada jejaknya. "Saya cari anak-anaknya tapi juga nggak punya koleksi batik tersebut," cerita Yuli.

BACA JUGA :
Cairan limbah batik bisa didaur ulang dengan alat buatan mahasiswa UII

Tak menyerah, ia juga mencoba melakukan napak tilas ke Gunung Muria, tempat dimana kapal bangsa China kandas yang kemudian diabadikan menjadi motif batik itu. Tapi hasilnya juga nihil.

Perburuannya pun dilakukan hingga Pekalongan, Jogja, dan Solo. Kesempatannya mengikuti program ASEAN Woman Corporative Forum membuatnya mengenal banyak pengusaha batik. Dari situ ia mulai belajar segala sesuatu tentang batik, termasuk mencari tahu tentang Kapal Kandas.

Ia kemudian baru menemukan motif tersebut lewat kolektor yang harus ia bayar mahal. Dari motif itu, ia kemudian melakukan inovasi sendiri agar bisa ia patenkan. Tren batik yang semakin hidup pun membuat batik Kudus semakin terkenal, terlebih setelah UNESCO menetapkan batik sebagai warisan dunia.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags