Brilio.net - Indonesia terkenal akan berbagai macam budaya dan sumber daya alam. Sayang sumber daya alam yang tersedia hanya terpusat di beberapa tempat saja dan menyebabkan daerah lainnya yang terpencil mengalami krisis pangan.
Hal itu jugalah yang dirasakan oleh warga di perbatasan Indonesia dan Malaysia, tepatnya di Dusun Punti Kayan, Desa Nekan, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
BACA JUGA :
Cerita Firdaus, guru di Kalimantan: Murid saya bolos karena berburu
Kegiatan warga perbatasan di sungai.
Salah seorang mahasiswa dari Universitas Gajah Mada yang kebetulan sedang KKN di sana, Anggi Muhtar Pratama menceritakan pengalamannya. Menurutnya warga di daerah perbatasan lebih memilih membeli barang makanan dari Malaysia karena lebih mudah didapat.
"Di sana legal (membeli dan menjual barang ke Malaysia), daripada mengirim makanan dari Pontianak, mending dari Malaysia. Kalau dari Pontianak biaya transportasinya mahal, sedangkan makanan dan barang-barang dari Malaysia lebih murah, orang-orang juga lebih suka jual hasil bumi ke Malaysia," ungkap Anggi kepada brilio.net, Jumat (31/7).
"Di sini kalau tidak ada makanan dari Malaysia, krisis pangan. Yang ada di sini cuma beras, singkong, sayur dan hasil hutan," lanjutnya.
BACA JUGA :
Perjuangan Firdaus, 2 hari tempuh terjalnya sungai demi tugas mengajar
Alam dan lingkungan di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.
Meski begitu, warga di sana jika disuruh memilih antara Indonesia dan Malaysia akan tetap memilih Indonesia. Menurutnya tinggal di Indonesia lebih enak karena hutan masih luas dan bebas. Selain itu juga karena, orang sana mata pencahariannya kebanyakan adalah berkebun dan mengurus ladang.