1. Home
  2. »
  3. News
19 November 2015 20:34

Menjadi single parent, Rike fokus pada masa depan anak

Kegagalan bukanlah alasan untuk putus asa. Fima Herdwiyanti

Brilio.net - Orang bilang pernikahan itu sakral, sebisa mungkin hanya sekali seumur hidup. Ada yang beranggapan menikah itu lebih indah daripada masa pacaran tapi kenyataannya tak sedikit pernikahan yang hanya bertahan seumur jagung. Bahkan ketika sudah memiliki anak sekalipun.

Ada pula yang tak peduli dengan keberadaan atau nasib buah hatinya pascacerai. Padahal, tak sedikit pasangan yang harus sabar menanti datangnya buah hati meskipun telah cukup lama berumah tangga.

Melalui sambungan bebas pulsa 0-800-1-555-999 brilio.net, Selasa (17/11) Rike menyampaikan tentang kisah rumah tangganya. Wanita asal Brebes, Jawa Tengah ini menikah pada 7 Juli 1999 saat usianya 20 tahun. Awalnya tak ada masalah yang berarti. Hingga saat usia 7 bulan kehamilan anak pertamanya, Rike ingin pulang ke Brebes. Mertua yang merasa bahwa itu juga adalah cucu pertama mereka tak merelakan menantunya pergi.

Rike pada akhirnya tetap pulang ke Brebes dengan menumpang bus. Suatu hari ketika hendak membeli sarapan dirinya mengalami kecelakaan hingga mengalami patah kaki. Rike pun harus melahirkan dalam keadaan kakinya yang masih terbungkus gips. Suami Rike baru datang ke Brebes beberapa hari setelah Rike melahirkan. Setelah itu dia kembali ke kota asalnya.

Sejak itulah Rike seolah menjadi orangtua tunggal. Suaminya datang dan muncul hanya sesaat kemudian hilang lagi tanpa kabar, entah apa penyebabnya.

Suami Rike kembali datang pada ulang tahun pertama Happy bersama seorang temannya untuk menuntut haknya sebagai seorang ayah. Mereka tak sempat bertemu dengan Happy karena gadis itu sedang terlelap. Rike selalu mencoba untuk tetap menjaga kestabilan emosinya karena ia sadar dan tahu, kondisi psikisnya akan berpengaruh pada perkembangan Happy.

"Sebelum menuntut hak, harusnya dia menunaikan dulu kewajibannya sebagai seorang ayah," ungkap wanita yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu instansi Brebes.

Sejak lahir hingga sekarang usia menjelang 15 tahun, Happy belum pernah bertemu dengan ayah kandungnya. Rike memberikan nama Happy bukan tanpa alasan. Ia ingin agar anaknya bisa tumbuh menjadi anak yang ceria dan tangguh sesuai dengan namanya. Baginya, tak ada istilah nasi sudah menjadi bubur. Semuanya masih bisa diperbaiki asal ada kemauan dan usaha.

Rike ingin menyampaikan pada seluruh single parent, terutama wanita bahwa sendiri bukan berarti akhir segalanya. Kegagalan bukanlah alasan untuk berputus asa melainkan sebagai pelajaran untuk bisa terus berjuang menuju hidup yang lebih baik. Sebagai orangtua tunggal ia senantiasa menjaga tutur kata dan sikapnya agar tak berdampak buruk bagi masa depan Happy.

Meskipun kini Rike tahu bahwa suaminya sudah menikah lagi tanpa memberitahunya Rike tak pernah menanamkan penilaian negatif pada Happy tentang ayahnya. Tak ada dendam ataupun kebencian. Selalu ada hikmah dalam setiap cobaan. Apapun itu, jangan sampai anak merasa tak diperhatikan.

Cerita ini disampaikan oleh Rike melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu.


SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags