Brilio.net - Di berbagai negara, nggak susah menemui kawasan-kawasan khusus yang didominasi etnis tertentu yang bukan berasal dari negara itu. Misal saja di Indonesia terdapat kawasan yang didominasi etnis China, yang sering disebut Kampung Pecinan. Kalau di negara-negara tetangga, Pecinan ini kerap disebut Chinatown. Ada pula kawasan Little India, yang didominasi etnis India.
Selain kawasan-kawasan itu, ternyata ada pula kawasan khusus yang didominasi orang Indonesia di negara luar. Tak perlu jauh-jauh sampai Suriname, di Malaysia sendiri punya kawasan itu, yang disebut Chow Kit.
Sebutan Chow Kit berasal dari nama seorang pengusaha, Loke Chow Kit. Chow Kit dikenal sebagai Kampung Indonesia karena banyaknya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bermukim di sana. Saking dominannya, banyak orang-orang Malaysia asli tergusur pelan-pelan dari kampung itu dan malah menetap ke daerah lain.
Nuansa Indonesia begitu kental di Chow Kit. Ketika brilio.net berkunjung ke sana, Minggu (10/5), terdengar keras lagu milik Lolita. Beberapa orang di sana mengatakan musik dangdut begitu populer dan saat ini lagu-lagu Cita-Citata dan Lolita-lah yang bertengger di posisi teratas tangga musik kaum TKI.
Suasana di Chow Kit begitu ramai, tak kalah ramainya dengan pasar-pasar tradisional di Jawa. Di sepanjang jalan Chow Kit juga terdapat banyak kantor bank asal tanah air. Keberadaan kantor bank itu sangat membantu TKI untuk mengirimkan penghasilan mereka kepada keluarganya di Indonesia.
Selain itu, tak terhitung pula warung-warung makanan Indonesia yang berjejer di Chow Kit. Kuliner yang tak asing di lidah orang Indonesia seperti bakso, mi ayam, pecel, ayam penyet, soto hingga es campur dijajakan di warung-warung itu. Nuansa Indonesia yang kental membuat Chow Kit berasa seperti kampung halaman sendiri. Hal itu membuat turis Indonesia tak risi untuk muluk (makan pakai tangan).
Sama seperti di Indonesia, di Chow Kit juga terdapat pasar barang bekas. Lapak-lapak barang loak berjajar di sekitar Lorong Haji Tabib. Kebanyakan yang dijual di sana adalah pakaian impor bekas yang kondisinya masih bagus. Uniknya, hampir sebagian besar penjualnya mempergunakan bahasa Jawa sebagai bahasa transaksi.
Meski sangat Indonesia, jangan harap uang Indonesia beredar dengan bebas di Chow Kit. Semua jenis transaksi tetap mempergunakan uang ringgit. Bahkan kios money changer di sana tak begitu mengenal uang Indonesia selain pecahan Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu. Mau tak mau, apabila kehabisan uang ringgit, turis Indonesia banyak yang lebih memilih mengambil uang di ATM dari pada menukar rupiahnya di money changer.