Brilio.net - Saat ini keberadaan alat bantu untuk para penyandang difabel di Indonesia terbilang masih sangat minim. Alasan inilah yang melatarbelakangi tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Satriawan Dini Haryanto, Panji Prihandoko dan Romario Aldrian melahirkan karya yang membantu para penderita difabel khususnya penderita tuna daksa.
Pembuatan alat gerak tersebut berlandaskan riset yang mereka lakukan di sekolah luar biasa yang ada di Bantul. Banyak penderita tuna daksa yang mereka temui kemudian mengalami kesulitan dalam bergerak, bahkan menuju ke toilet sekalipun tetap mendapatkan kesulitan.
"Kami ingin memberikan kesempatan untuk penyandang tuna daksa dalam melakukan kegiatan seperti orang normal pada umumnya" jelas Panji sebagai salah satu anggota tim.
Karya unggulan mereka yang diberi nama Muhammadiyah Yogyakarta Exokeleton (MYX-O) dikembangkan dengan sistem transmisi, dengan menggunakan sistem transmisi putaran senar dan motor listrik untuk menggerakkan exoskeleton (penggerak kaki).
Mereka membutuhkan waktu enam bulan dalam mempelajari sistem dari alat gerak hingga modifikasi ide yang mereka miliki. Alat yang mereka bikin memang khusus untuk para penderita difabel yang tidak bisa berjalan.
Luar biasanya, bahan yang digunakan adalah bahan-bahan yang murah dan mudah ditemukan di Indonesia. Selain untuk alat bantu gerak, MYX-O ini juga merupakan alat yang dapat digunakan untuk terapi berjalan bagi penderita stroke.
Panji menjelaskan alat ini dikembangkan dengan sistem sensorik yang dapat memanfaatkan sel otak, sehingga alat gerak tersebut dapat bergerak sesuai dengan keinginan si pengguna. "Ini menjadi terobosan baru kami dalam dunia exoskeleton. Saat ini belum ada yang mengembangkan alat gerak dengan sistem sensorik," jelas mahasiswa 21 tahun ini.
Karya mereka menjadi pemenang dalam kontes yang diadakan oleh perusahaan Autodesk. Maret ini mereka akan memamerkan karyanya di China. Tiga anak muda kebanggaan bangsa ini berharap ada perusahaan yang akan mengembangkan karya mereka nantinya.