Brilio.net - Parkinson merupakan gangguan sistem saraf pusat yang memengaruhi sistem motorik. Gejalanya berupa sering gemetar, kesulitan berjalan, gerak menjadi lambat, serta depresi. Gejala lain dapat pula sulit tidur dan sering emosi. Penyakit ini umumnya menjangkiti mereka yang usianya di atas 50 tahun. Mereka harus bersusah payah bahkan hanya untuk berjalan, tidur, ataupun berbicara.
Dikutip dari dailymail, Jumat (23/10) seorang wanita asal Inggris, Joy Milne memberikan kabar baik bagi khalayak sebab perempuan 65 tahun itu memiliki kemampuan untuk mendeteksi dini penyakit ini dengan cara yang amat simpel, yaitu mengendus pakaian yang dipakai tidur. Hal ini tentu akan mendukung upaya tanggap terhadap penyakit ini sebelum menjadi lebih mengerikan. Kebiasaan ini telah dilakukan nenek tujuh cucu ini sejak dua dekade lalu kepada almarhum suaminya, Les.
Kemampuan Milne ini telah diteliti dan diakui universitas Edinburgh. Hal itu bermula dari kehadirannya di suatu seminar penelitian di kampus tersebut tentang Parkinson dan menyampaikan kemampuannya pada sang peneliti, dokter Tilo Kunath. Dari situ, dokter Tilo ingin melihat kemampuan Milne dalam mendeteksi Parkinson pada orang lain.
"Aku selalu memiliki kemampuan penciuman yang tajam dan mampu mendeteksi dini perubahan bau badan Les meskipun itu sangat halus," tutur wanita asal Skotlandia ini. "Ini sulit dideskripsikan namun ini memiliki aroma yang sedikit harum. Aku tak terpikir ini sesuatu yang luar biasa dan belum pernah dikenal sebelumnya," tambahnya.
Para ilmuwan menjelaskan, metode Milne ini dapat dipakai sebab diyakini seseorang yang mengidap penyakit ini akan menghasilkan sebum, yaitu suatu substansi minyak yang dikeluarkan kulit, yang mana baunya dapat dideteksi oleh orang-orang dengan kemampuan penciuman tajam.
Studi terbaru dari Manchester Institute of Biotechnology, berencana mengambil sapuan kulit dari para partisipan pengidap parkinson maupun yang tidak. Tim peneliti yang dipimpin Profesor Perdita Barran akan menganalisis komponen molekul kecil bernama metabolit yang dikeluarkan kulit sebagai penanda seorang terkena parkinson. mereka akan melibatkan detektor manusia, yaitu orang dengan kemampuan penciuman yang tajam.
"Sampel permukaan kulit akan menjadi sumber metabolit yang kaya, yang akan membantu kita membedakan mana orang-orang sehat dan mana orang-orang yang punya gejala Parkinson. Diharapkan, hasil ini dapat mengarah pada pengembangan diagnosa non-invasif yang dapat mendeteksi dini penyakit Parkinson, bahkan mungkin sebelum adanya gejala fisik," tutur Profesor Perdita Barran.
Dokter Arthur Roach selaku direktur penelitian di lembaga Parkinson's UK menambahkan, "Ini penelitian yang masih sangat awal, namun jika terbukti ada bau berbeda pada penderita Parkinson, terutama pada awal kondisi, akan memiliki dampak yang besar. Bukan hanya diagnosa awal, akan tetapi memudahkan identifikasi obat untuk memperlambat atau menghentikan sama sekali penyakit ini yang hingga kini belum ditemukan."