Brilio.net - Jika diperhatikan, banyak sekali para mahasiswa yang setelah lulus kuliah tak mau kembali ke daerahnya masing-masing. Padahal kunci kesuksesan suatu daerah terletak pada para putra daerahnya. Sadar dengan hal itu, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat sebuah program yang diberi nama Cendekia Desa.
Dimotori oleh Tarmidzi Taher, mahasiswa Fakultas Peternakan UGM, Cendekia Desa mengajak para putra daerah untuk berperan aktif dalam membangun daerahnya masing-masing. Salah satunya caranya adalah dengan melakukan program-program seperti yang telah dilakukan Cendekia Desa.
BACA JUGA :
Kisah survivor kanker, detik-detik kematian berlalu tepat tengah malam
Tarmidzi mengungkapkan jika Cendekia Desa awalnya terbentuk dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tarmidzi dan kawan-kawan saat itu mendapat penempatan KKN di Desa Kebun Rejo, Kecamatan Banjar Rejo, Kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah. Untuk menaungi program KKN tersebut, mereka akhirnya membuat Cendekia Desa.
"Kelompok KKN terbentuk bulan Desember 2014 untuk pelaksanaan KKN pertengahan tahun 2015, lalu bulan Februari 2015 kita sudah branding Cendekia Desa duluan tanpa menggunakan label KKN," terang Tarmidzi kepada brilio.net, Selasa (20/10).
Maka jadilah seluruh program yang ada di KKN kelompok Tarmidzi juga program Cendekia Desa. Total ada 80 program yang dijalankan di desa tersebut. Salah satu program unggulannya adalah pembuatan biogas karena melihat potensi peternakan yang cukup banyak di desa tersebut. Digester atau tempat penampungan feses dibuat dalam skala besar yang bisa digunakan oleh 5-7 rumah.
BACA JUGA :
Kembali kena kanker, survivor 5 kanker ini sempat tak percaya dokter
Menariknya, karena telah dijadikan proyek rintisan Cendekia Desa, maka selesainya KKN tak menjadikan peran mereka di sana selesai pula. hal itu tentu berbeda dengan kegiatan KKN pada umumnya yang ditinggal begitu saja setelah selesai program. Meski cukup jauh, mereka tetap rutin datang ke desa tersebut untuk memantau program-program yang ada. Jarak jauh Jogja-Blora tak menjadi penghalang mereka. "Pada modul desa yang kita buat, targetnya Cendekia Desa menjalankan program di sini hingga tiga tahun," kata Tarmidzi.
Lalu apa hubungannya dengan program putra daerah kembali ke daerahnya masing-masing? Tarmidzi menjelaskan jika dalam jangka panjang, mereka akan menyasar daerah-daerah para anggotanya. Karena tak mungkin si putra daerah mewujudkan rencananya sendirian, maka seluruh anggota Cendekia Desa akan berperan aktif di desa tersebut. Hal itu terus berlanjut hingga terus berganti desa.
Proses yang diujicobakan di setiap desanya pun akan sama dengan proses yang dilakukan di desa rintisan di Blora. Mereka akan melakukan riset, sensus potensi desa, memberikan modul desa, hingga pendampingan. Program yang akan mereka lakukan di desa tersebut pun bermacam-macam, mulai dari bedah desa, pengadaan ruang baca, hingga membantu para petani dan pedagang yang kesulitan.
Melihat prospek Cendekia desa yang cukup bagus, anggota Cendekia Desa pun semakin bertambah. Saat ini sudah ada sekitar 30 orang yang menjadi penggerak Cendekia Desa. Tak hanya itu saja, beberapa tim KKN pun ada yang meminta desa yang akan dijadikan tempat KKN untuk di-Cendekia Desa-kan.
Untuk saat ini, Tarmidzi dan kawan-kawan tengah mempersiapkan desa baru untuk dikelola Cendekia Desa. "Dalam waktu dekat kita akan bidik satu desa di Kulon Progo dan satu desa di Gunungkidul," terang Tarmidzi.
Gimana, tertarik dengan cara mereka membangun desa?