Brilio.net - Bagi orang awam kardus, kaleng bekas, pelepah pisang dianggap sebagai sampah yang tak mempunyai manfaat. Tapi ditangan Agung Nugroho (22) benda-benda tersebut disulap cantik. Barang-barang yang banyak dianggap sampah itu bisa diubah menjadi berbagai miniatur yang unik. Agung menggunakan benda-benda yang dianggap sampah itu untuk membuat miniatur seperti becak, skuter, bajaj, kapal, hingga Tugu Monas.
Kepada brilio.net, Jumat (4/9), Agung bercerita bahwa selepas lulus SMK, dirinya memilih pergi merantau ke Tangerang untuk bekerja di pabrik plastik. Berjalan dua tahun di sana, Agung memutuskan keluar dari pekerjaannya itu karena sakit. Ia kemudian kembali ke kampungnya di Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati.
Untuk mengisi kekosongan waktu di rumah, Agung mencoba mencari aktivitas dengan mengasah kemampuannya dalam berkarya. Dia coba memanfaatkan kardus susu formula yang ada di rumahnya. Dia pun berselancar di dunia maya untuk mendapat referensi mengubah kardus itu menjadi berbagai macam miniatur.
"Waktu itu saya sama sekali belum mempunyai kemampuan membuat kerajinan, saya iseng-iseng saja belajar lewat internet," kata alumni SMK 2 Pati ini.
BACA JUGA :
Cerita Adry, bos brownies yang kerap disapa 'Sist'
Mencoba mengasah kemampuannya lagi, Agung mencoba menggunakan kaleng bekas sebagai bahan. Tak hanya itu, ia juga telah bisa membuat miniatur dari bambu. Inovasinya terbaru dia manfaatkan pelepah pisang yang ada di pekarangan rumahnya untuk menjadi kerajinan miniatur ini.
Agung tak menyangka keisengannya mengisi waktu luang itu malah bisa mendatangkan rezeki. Karya miniatur yang dibuat pria kelahiran 24 Maret 1993 ini kini sudah banyak dibeli konsumen.
Selain memasarkan kerajiannnya ini lewat media sosial, ia pun beberapa kali mengikuti pameran di Pati, Magelang, dan Semarang. Melalui media sosial dan berbagai even tersebut kerajinan yang diberi nama Benjo Craft ini semakin dikenal.
Harga kerajinan karya Agung bervariasi. Harga kerajinan yang paling murah dipatok Rp 10 ribu untuk kotak pensil dan tempat tisu. Sementara kerajian miniatur berkisar antara Rp 45 ribu hingga Rp 200 ribu, tergantung ukuran dan kerumitan miniatur.
Agung juga mengungkapkan jika kini ia sudah tak berminat untuk melamar kerja di perusahaan maupun pabrik seperti dulu kala. "Saya ingin mandiri dengan mengembangkan kemampuan saya ini saja," terang anak pertama dari dua bersaudara ini.