1. Home
  2. »
  3. News
29 Oktober 2015 22:11

Penelitian terbaru WHO: TBC jadi penyakit paling mematikan setelah HIV

WHO akan memulai proyek bernama End TBC Strategy yang dimulai pada 2016. Tujuannya memotong angka kematian akibat TBC hingga 90% pada 2030. Ahada Ramadhana

Brilio.net - Kabar yang datang dari World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa tuberkulosis (TBC) kini berada satu posisi di belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebagai penyakit menular paling mematikan di dunia. Pada tahun 2014, TBC menyumbang angka kematian sebesar 1,1 juta sedangkan HIV sebesar 1,2 juta.

Sampai tahun ini WHO telah menunjukkan langkah besar dalam menanggulangi TBC hingga menurunkan tingkat kematian hampir setengah dari tahun 1990 ketika penyakit ini merebak. Jumlah infeksi menurun 1,5% per tahun sejak tahun 2000. Kematian akibat HIV/AIDS juga telah menurun drastis sebab adanya peningkatan akses terhadap antivirus.

"Tuberkulosis dan HIV kini bersaing untuk menjadi penyakit menular penyebab kematian tertinggi dari di dunia. Tuberkulosis sekarang satu peringkat dengan HIV," kata dokter ahli sekaligus direktur TBC WHO, Mario Raviglione, seperti dikutip brilio.net dari BBC, Kamis (29/10).

Kasus TBC kebanyakan ditemukan di China, India, Indonesia, Nigeria dan Pakistan. Secara keseluruhan sebenarnya ada 1,5 juta kematian yang disebabkan TBC pada tahun 2014. Namun 400.000 dari mereka terhitung ke dalam kelompok AIDS, karena mereka merupakan pasien yang positif HIV.

Direktur Jenderal WHO Margaret Chan mengatakan ada 'dampak yang luar biasa' sejak tahun 1990. Menurutnya, jika ingin mengakhiri wabah ini, perlu untuk meningkatkan layanan dan yang lebih penting adalah menggenjot riset. Raviglione yang menyetujui pendapat Chan juga mengatakan jika riset besar-besaran itu berhasil, maka penurunan angka kematian bisa semakin cepat.

Hal yang masih menjadi perhatian WHO adalah penderita TBC menjadi resisten terhadap antibiotik. Tiga dari 100 kasus TBC tidak bisa diobati dengan antibiotik pilihan pertama.

"Kami belum berhasil mengontrol bentuk resistan TBC terhadap obat. Jika tindakan tidak tepat, sebagian besar orang yang di tubuhnya bersarang TBC resistan tidak akan pernah didiagnosis, sehingga tak akan mendapat pengobatan dan tak akan disembuhkan pula," ujar Grania Brigden, dokter dari Medecins Sans Frontieres, mengamini kata Raviglione.

WHO akan memulai upaya baru memerangi TBC dengan proyek bernama End TBC Strategy yang dimulai pada 2016. Tujuannya adalah memotong angka kematian akibat TBC hingga 90% pada tahun 2030.

BACA JUGA :
10 Alasan bikin orang ogah mengunjungi dokter, kamu juga?


SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags