Brilio.net - Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, kanker merupakan permasalahan terbesar dalam dunia kesehatan dan menjadi penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskular atau yang dikenal dengan istilah penyakit jantung. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada 2013 merilis data bahwa terjadi peningkatan insiden kanker dari 12,7 juta kasus dari tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus pada tahun 2012, begitu pun dengan angka kematian akibat kanker yang juga ikut meningkat. Data tentang bahaya kanker tersebut merupakan tantangan baru bagi dunia pendidikan.
Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal, yaitu pertumbuhan sel secara terus menerus bahkan saat tubuh tidak memerlukannya sehingga terjadi penumukan sel baru. Salah satu kanker yang cukup membahayakan saat ini adalah kanker rongga mulut. Kanker ini tidak begitu familiar di kalangan masyarakat dan terkadang penderitanya belum mengetahui perihal gejala penyakit tersebut.
BACA JUGA :
Suka bawa tas? Waspadai 5 kebiasaan yang membahayakan ini
Terapi atau pengobatan terhadap kanker satu ini dapat dilakukan dengan operasi, terapi radiasi dan kemoterapi. Namun hal tersebut masih belum efektif dikarenakan sering menimbulkan efek samping, seperti gangguan fungsi jantung, hati dan ginjal. Hal inilah yang mendorong lima orang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk membuat obat kanker khususnya kanker rongga mulut yang diperoleh dari tanaman herbal, yakni daun jambu mete.
Mereka adalah Desy Puspita Sari, Anjar Ariansyah Sejati, Iis Lestari, Ilham Perdana dan Raudatul Maulida. Mereka memanfaatkan tanaman yang memiliki nama latin Anacardium Occidentale L ini karena memiliki manfaat antikanker berkat senyawa Flavonoid di dalamnya.
BACA JUGA :
Penerbangan delay 27 jam, bocah berkelainan jantung tidur di lantai
"Salah satu hal yang melatarbelakanginya adalah dari data WHO menunjukkan bahwa kanker rongga mulut merupakan salah satu kanker ganas dengan kematian tertinggi dari semua kanker. Di masyarakat Asia Tenggara juga sebagai obat tradisional untuk mengatasi eksim, psoriasis, scrofula, dispesia, penyakit kelamin, impotensi, bronkhitis, kolik, gangguan kulit dan pengobatan luka," jelas Desi kepada brilio.net, Selasa (1/9).
Proses pembuatannya dilakukan dengan mengeringkan daun jambu mete yang kemudian dihaluskan dan dijadikan ekstrak. Setelah daun jambu mete dibuat ekstrak, daun jambu mete kemudian dicampur dengan gula yang dimasak menjadi permen yang kemudian dicetak.
Pengolahan daun jambu mete ini mejadi permen diharapkan dapat memudahkan masyarakat untuk mengomsumsi daun jambu mete tersebut. Setelah permen selesai dibuat, untuk pertama kali diujikan pada tikus putih dan ditemukan hasil bahwa permen daun jambu mete dapat mengurangi bahkan menyembuhkan kanker rongga mulut.
Selain untuk menyembuhkan penyakit, pengolahan daun jambu mete menjadi obat antikanker rongga mulut ini diharapkan dapat menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan petani tanaman jambu mete. Karya mahasiswa ini merupakan hal baru di Indonesia dan patut diapreasi.
"Harapannya adalah inovasi ini dapat membantu pemerintah dalam hal mengatasi penyakit kanker dari berbagai kalangan sehingga secara ekonomi pemerintah dapat melakukan penghematan yang besar," harap Desi dan rekannya.