Brilio.net - Ada kisah menarik yang disampaikan Rian Mantasa Salve Prastica (22), peraih IPK sempurna 4,0 pertama di Universitas Sebelas Maret (UNS). Mantas yang kini menjadi aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) ini dulu saat SMA malah sangat antiorganisasi Kerohanian Islam (Rohis). Bahkan ia menyebut jika Rohis sesat dan sarang terosis.
Mantas bercerita jika saat awal kuliah ia sudah diingatkan kakak tingkatnya untuk tidak terlalu banyak mengikuti organisasi kampus. Tapi ia malah ikut banyak aktivitas, bahkan hingga 10 organisasi saat awal kuliah. Beberapa organisasi juga telah disarankan oleh kakak tingkatnya, tapi di antara beberapa organisasi rekomendari itu tak ada daftar LDK seperti Biro Asistensi Agama Islam (AAI) maupun Sentra Kerohanian Islam (SKI) UNS.
BACA JUGA :
Aktivis kampus ini raih IPK sempurna
Karena ingin membuktikan persepsi tentang Rohis yang selama ini ada pada dirinya, Mantas pun mencoba mengikuti organisasi keagamaan seperti Biro AAI dan SKI UNS. Saat SMA, cerita Mantas, ia menganggap bahwa Rohis hanyalah kumpulan orang-orang yang terlalu fanatik. Bahkan ia menyebut jika Rohis itu kumpulan teroris. Persepsi itu muncul karena pengaruh teman-teman bergaul Mantas yang saat itu juga tidak suka dengan Rohis.
"Lingkungan yang memengaruhi, karena masih labil jadi mudah terpengaruh. Apalagi saat itu media juga gencar memberitakan tentang terorisme. Akhirnya terciptalah phobia sama Islam," aku Mantas kepada brilio.net, Sabtu (22/8).
Tekadnya untuk masuk pada organisasi Rohis menjadi caranya membuktikan anggapan itu. "Aku aja belum pernah ikut Rohis, bagaimana bisa aku menilai buruk terhadap Rohis?" kata Mantas.
BACA JUGA :
Indonesia kirimkan 2 tim terbaik di ajang ABU Robocon 2015, brilio!
Setelah membuktikan bahwa persepsinya selama ini salah, Mantas lalu bertekad untuk membayar kesalahannya dengan cara mengabdikan diri kepada Rohis. Sembari menunggu wisuda Desember mendatang, ia pun masih sibuk dengan aktivitas di Biro AAI dan SKI Fakultas Teknik UNS.
Dari kesalahannya itu, Mantas belajar bahwa tak patut melihat sesuatu hanya dari kacamata orang lain yang belum tentu benar.