Jika kamu berekreasi di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, jangan lewatkan untuk mengunjungi Ereveld Ancol, pemakaman tempat dikuburkannya para serdadu Belanda dan masyarakat sipil Indonesia pro Belanda yang menjadi korban kekejaman penjajah Jepang di masa Perang Dunia ke-II.
Inilah Ereveld pertama dari tujuh Ereveld yang ada di Indonesia (dua di Jakarta, satu di Cimahi, satu di Bandung, dua di Semarang, dan satu di Surabaya). Ereveld lain di Jakarta terletak di Menteng Pulo. Pemakaman ini berada di bawah pengelolaan Oorlogsgravenstichting (Yayasan Makam Kehormatan Pemerintah Belanda).
Di dalam pemakaman ini ada sebatang pohon mindi yang mati dan telah diawetkan. Hanya batangnya saja tanpa sehelai daun pun. Ternyata pohon ini dulunya dijadikan sebagai tempat eksekusi 200 orang (Belanda dan sipil lokal) oleh tentara Jepang selama periode 1942-1945.
Kepada brilio.net, Senin (22/6) opzichter (pngawas) Ereveld Ancol Dicky Purwadi menjelaskan, pada zaman penjajahan Jepang, ada seorang tukang sapu tuli bisu yang bekerja di Kelenteng Bahtera Bhakti yang terletak 300 meter dari gerbang Ereveld Ancol.
Dialah yang kerap menyaksikan truk-truk Jepang membawa para tawanan ke dekat sebuah pohon di tepi laut. Dia juga menyaksikan pembantaian tawanan pribumi dan orang-orang Belanda yang dilakukan di tempat itu. Ereveld Ancol dulunya adalah hutan rawa yang tak berpenghuni.
Setelah 1946, tim dari Belanda datang ke Indonesia untuk mencari warga Belanda yang tak diketahui di mana rimbanya. Si tukang sapu kelenteng itulah yang kemudian menjadi saksi hidup dan memberi petunjuk tempat eksekusi orang-orang Belanda di lokasi di mana Ereveld Ancol sekarang berdiri.
Kini di sekitar pohon tersebut dibuat tempat duduk dari batu granit memutar berbentuk setengah lingkaran. Di batang pohon tersebut terdapat prasasti bertuliskan Hemelboom (pohon surga) yang memuat penggalan puisi For The Fallen karya seorang penyair Inggris, Laurence Binyon.
They shall not grow old
As we that are left grow old
Age shall not weary them
Nor the years condemn
At the going down of the sun and in the morning
We shall remember them
We shall remember them
(Antjol, 1942-1945)
Di antara pohon dan monumen terdapat pusara tunggal yang menurut Dicky merupakan kubur seorang wanita korban salah tangkap. Pada nisan tertera nama L (Luuth) Ubels. Dia dieksekusi karena kebetulan memiliki nama belakang yang sama dengan nama saudara laki-lakinya yang menjadi tentara Belanda.
BACA JUGA:
Begini penjelasan kenapa maghrib & tengah malam identik dengan mistis
Menyeramkan, pulau misterius ini membunuh siapa saja yang datang
Hilang akibat granat, tangan anggota TNI AL kini 'utuh' lagi
7 Daya tarik markas TNI di Lebanon, lokasi favorit selfie & belanja
Kisah teladan dari pensiunan TNI AD yang jadi sopir angkot
Cerita keberanian F-16 TNI AU cegat pesawat tempur AS
Cerita kehebatan pilot TNI AU terbang pakai pesawat rongsokan Jepang