Brilio.net - Keterbatasan fisik tidak boleh dijadikan alasan untuk mengeluh apalagi menyerah dalam menjalani peliknya kehidupan. Contohnya kakek Ponidi dan istrinya ini, meskipun keduanya memiliki ketidasempurnaan penglihatan, mereka masih gigih mengais rezeki dengan cara yang halal dan mulia. Keduanya menjadi tukang pijat keliling dengan bayaran seikhlasnya.
Kakek dan Nenek Ponidi memilih bekerja sebagai tukang pijat dari pada mengharap belas kasihan orang lain apalagi meminta-minta. Keduanya berjalan kaki dengan pelan di malam hari menyusuri jalan raya di sepanjang Godean, Sleman, Yogyakarta.
Dengan keterbatasan penglihatan, kakek Ponidi bersama istrinya harus berjalan sekitar 1,5 kilometer dari rumah menuju tempat kerja di jalan Godean. Bahkan keduanya harus berjalan kaki sejak jam 16.00 wib sore dan baru akan sampai ketempat mangkalnya pada jam 19.00 wib. Kakek Ponidi dan istrinya senantiasa bersabar dan berdoa di malam hari sembari berharap ada orang yang mau menggunakan jasanya.
Dengan keadaan fisik yang terbatas, tak jarang keduanya harus pulang hingga larut malam. Penghasilan Kakek Ponidi pun tidak menentu. Dengan tidak menarif harga jasa pijatnya terkadang kakek Ponidi pulang hanya dengan membawa uang 20.000 rupiah, tak jarang pula kakek Ponidi tidak membawa sepeserpun rupiah. Namun rasa syukur dan ketabahan kakek Ponidi selalu menghiasi perjalanan suami istri Tunanetra ini.
Dela Aliya, salah seorang warga setempat menuturkan kakek Ponidi ini biasanya di pinggir jalan sembari menunggu orang yang ingin dipijatnya. "Kakek Ponidi biasa duduk di trotoar dengan tulisan yang tergantung di lehernya," kata Dela, Jumat (9/10). Kisah yang diunggah di akun facebooknya tersebut pun ramai dibagikan netizen. Mereka berharap akan banyak orang yang tahu kisah inspiratif kakek Ponidi dan berharap banyak orang menggunakan jasanya.