Brilio.net - Gedung yang kerap digunakan umat Katolik Sendangguwo Semarang untuk beribadah itu tampak luas dan megah. Dari kejauhan, plang salib terlihat jelas dan kokoh di atas atap gereja. Namun siapa sangka, gereja megah itu keberadaannya terpencil dan terkucil di tengah pemukiman penduduk.
Untuk bisa menuju ke sana, umat sekitar harus melalui jalan kampung yang lebarnya hanya 2,75 meter. Akses lainnya adalah lewat jalan gang sebelah pom bensin, yang lebih sempit dari jalan kampung. Hal itu yang membuat tidak banyak orang tahu ada gereja di sana. Hal itu juga yang sering bikin geger warga pemukiman saat banyak kendaraan berlalu lalang di waktu sebelum atau sesudah ibadat.
Tak ingin hal itu terus terjadi, umat gereja berinisatif untuk membeli sepetak tanah yang letaknya sangat strategis dan dapat digunakan sebagai jalan utama masuk gereja. Seluruh lapisan masyarakat gereja rela menabung demi mendapatkan hak milik tanah itu. Gerakan jimpitan terus dilakukan hingga terkumpul uang sebesar Rp 6,75 miliar.
Tua muda, kaya miskin, ramai-ramai menyumbang. Nominal uang yang diberikan tak jadi masalah. Berapapun ditampung pengurus untuk mewujudkan mimpi mereka bersama. Luar biasanya dalam waktu sebulan, jimpitan yang terkumpul mencapai Rp 1 miliar.
"Semua umat turut menyumbang demi terwujudnya keamanan dan kenyamanan beribadah. Bahkan anak-anak SD ikutan nyumbang. Mereka mengurangi jajan dan menyisihkan uang sangu mereka walau hanya Rp 1.000 per hari. Sebulan ada yang sampai nyumbang Rp 43.000," kata pelayan gereja, Rahayu, ketika ditemui brilio.net di lokasi, Selasa (14/4).
Tindakan nyata umat gereja tersebut patut diacungi jempol. Di era modern seperti ini ternyata masih ada masyarakat yang mau bergandeng tangan demi terwujudnya kepentingan bersama. Inspiratif!