Brilio.net - Saat ini semakin banyak saja anak-anak muda yang menciptakan sebuah inovasi guna membantu penyelamatan korban bencana tertentu. Setelah inovasi berupa robot bawah air untuk melacak korban banjir, ternyata ada juga robot terbang yang dapat berfungsi mencari korban bencana alam dengan GPS.
Joko Pratomo Adi, Dinar Syahid, Gia N Alamsyah, dan MA Hussein merupakan empat mahasiswa Politeknik Negeri Bandung yang menggagas inovasi robot terbang pada 2013 lalu. "Awalnya inovasi ini berupa tugas akhir Joko Pratomo, sebelum kemudian dikembangkan dan diikutsertakan dalam ajang Indonesia Infomation and Communication Technology Award (INAICTA) oleh Kemenkominfo 2013 dan meraih juara 1," cerita Dinar pada brilio.net, Rabu (5/8).
BACA JUGA :
Kini belajar Alquran bisa sambil lihat animasi, cocok untuk anak-anak
Dinar menambahkan bahwa sebelumnya timnya mengaji banyak solusi terkait penanggulangan bencana alam dan berkesimpulan bahwa belum ada produk jadi berupa robot darat dan udara yang dapat diandalkan dan diterjunkan ke dalam zona bencana. Barulah kemudian timnya mendapat ide mengenai robot terbang sebagai alat bantu Tim SAR dalam menyelesaikan misi pencarian korban yang selama ini terkesan sulit.
"Robotnya dikendalikan oleh operator karena fungsinya adalah perpanjangan tangan dari Tim SAR untuk mendapatkan 'peta korban' dalam waktu singkat."
BACA JUGA :
Atasi krisis air bersih, mahasiswa UNY kembangkan Ringgid
Robot tersebut juga dilengkapi kamera dan GPS sehingga jalur, posisi robot, dan keadaan lingkungan dapat dipantau jarak jauh. Untuk hasilnya sendiri, ketika kamera robot terbang menangkap objek manusia pada lokasi bencana, operator akan menandai posisi korban (warna putih untuk korban hidup dan merah untuk korban meninggal) secara realtime di Peta Google (Google Maps).
Setelah proses penjelajahan area bencana selesai dilakukan oleh robot terbang, maka penanda posisi serta jalur pergerakan robot bisa langsung dicetak di tempat dan diserahkan pada tim SAR untuk menunjang proses evakuasi. Jumlah robot juga bisa disesuaikan dengan skala bencana.
"Keseluruhan sistem dirancang dan direalisasi sendiri oleh tim dan tidak menggunakan software bawaan dari suatu kit tertentu, termasuk software tracking jejak waktu-nyata dan superposisi peta korban pada peta Google," imbuh Dinar.