Brilio.net - Guru merupakan sosok yang tidak hanya bertugas untuk mengajar maupun berbagi pengetahuan saja. Namun, juga bertanggung jawab menjadikan anak didiknya lebih kritis dan kreatif melihat berbagai kondisi sosial. Untuk mewujudkannya, selain membutuhkan sumber daya manusia handal juga media pembelajaran yang menarik.
Buku pelajaran merupakan media pembelajaran terpenting yang dibutuhkan siswa sekolah. Apalagi pelajar di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Hal ini membangkitkan semangat sebuah kelompok guru program SM-3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) angkatan 5 yang ditempatkan di Ngada, Nusa Tenggara Timur untuk membentuk gerakan Rumah Nalar (Ngadas Active Learning and Reading). Rumah Nalar berfungsi mengumpulkan berbagai macam buku pelajaran, bacaan, maupun mainan edukasi. Lalu akan didistribusikan kepada 6 Rumah Nalar di masing-masing kecamatan.
"Target kami mengumpulkan paling tidak 6.000 buku kemudian akan disebar ke 6 rumah Nalar, masing-masing akan menerima 1.000 buku. Entah baru atau bekas, banyak ataupun sedikit bantuan dari teman-teman semua bisa memberikan semangat kepada anak-anak di sini untuk lebih giat belajar," kata Mia, Humas Program Rumah Nalar yang juga guru yang bertugas di SMPN I Atap Kolokoa, Kampung Kolokoa, Ngada kepada brilio.net, Selasa (23/2).
Sementara, Anton Yogi Setiawan, ketua panitia program Rumah Nalar menyatakan donasi buku dan dana masih terus diterima hingga pertengahan bulan Maret. Sedangkan pembangunan Rumah Nalar akan dilaksanakan pada bulan April. Sistem pengumpulan bukunya pun, bisa melalui koordinator yang sengaja dibentuk di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jakarta, Semarang, Purwokerto dan Bandung.
"Entah baru atau bekas, banyak ataupun sedikit bantuan dari teman-teman semua bisa memberikan semangat kepada anak-anak di sini untuk lebih giat belajar," terangnya.
Untuk informasi lebih lengkap dan jika tertarik untuk membantu hubungi Mia di 0813-2661-0747. Buruan sumbangkan buku dan uangmu Guys.
BACA JUGA :
Kesempatan langka, ngobrol soal media sosial bareng 80 tokoh top dunia