1. Home
  2. »
  3. News
20 April 2015 08:02

Status balasan Facebook ibu anak penyandang lupus membuat nelangsa

Seseorang yang mengumpat gadis penyandang lupus parkir di fasilitas orang cacad tak tahu bahwa yang diumpatnya adalah gadis penderita lupus. Janne Hillary

Brilio.net - Urusan parkir, negara-negara di luar negeri memang sangat disiplin. Untuk yang parkir sembarangan pasti langsung dapat peringatan. Hal itu juga diterapkan di Ohio, negara bagian di Amerika Serikat (AS).

Ketika ada seorang gadis yang memakirkan mobilnya di daerah khusus untuk orang berkebutuhan khusus, dia juga mendapatkan peringatan keras dari seseorang.

Sayangnya orang tersebut tidak menemui dulu gadis itu. Orang itu langsung meninggalkan sebuah catatan di mobil Harley Jo Skorpenske tanpa konfirmasi terlebih dahulu.




"Kamu harusnya malu!Ketika kamu mengambil tempat orang dengan disabilitas. Kamu tidak dibesarkan untuk seperti itu." Begitu tulisan bernada umpatan dari seseorang yang tak dikenal yang ditinggalkan di mobil Harley Jo Skorpenske.

Bagi Harley Jo Skorpenske catatan itu begitu menyakitkan. Apalagi ketika ibunya tahu. Ibunya, Corinna Skorpenske, sangat sedih langsung menjawab peringatan itu dengan sebuah status Facebook. Air mata rasanya ingin tumpah ketika membacanya.

Ini isi status Corinna Skorpenske sebagaimana dibaca brilio.net:

"Untuk seseorang yang meninggalkan (catatan) ini di mobil anak gadisku,
Berharap banget (saat itu) kamu bisa berhenti dan berbicara dengan anakku sebelum meninggalkan (catatan) ini.

Kalau kamu tahu, anakku sedang mengidap penyakit. Dia mengidap Lupus sejak umur 16 tahun. Penyakit ini pada dasarnya adalah sistem imun yang mengira tubuh bagian dalam dan luarnya adalah suatu yang buruk kemudian sistem itu menyerangnya.

Pertama kali ia merasa pembengkakan sendi dan sakit yang luar biasa, sehingga dia kesulitan berjalan. Tapi dia tetap ke sekolah dan berkumpul di komunitasnya.

Saat SMP, penyakitnya terus menyerangnya yang membuat rambutnya rontok dan ruam wajah yang besar. Tapi dia tetap bersekolah dan pergi ke perpisahan dengan memakai wig.

Saat SMA, dia mengalami sakit pelemahan otot yang membuatnya sulit untuk bangun dari tempat tidur. Tapi dia terus belajar, meraih beasiswa untuk kuliah dan memakai seragam cheerleader (yang tidak bisa lagi dia lakukan) untuk menghibur teman-teman sekelasnya.

Saat jadi mahasiswa baru di OSU, dia memulai kemo, seperti obat-obatan yang berdosis tinggi dibandingkan obat-obat lainnya. Secara konstan membuatnya sakit perut, lemah dan kehilangan banyak berat badan. Dia menjadi volunter di kemah disabilitas untuk anak-anak dengan penyakit yang sama dengannya.

Di pertengahan tahun di OSU, kami pikir kondisinya lebih baik. Tapi ternyata tidak seperti itu, dia mulai kehilangan pendengarannya karena sistem imunnya juga mengira (jaringan di telinganya) suatu yang buruk. Hingga membuatnya mengambil kelas bahasa isyarat karena dia tahu rasanya tidak mendengar percakapan. Ia tak ingin seorangpun meninggalkannya.

Awal tahun di OSU menjadi tahun yang buruk baginya. Paru-parunya kolaps tiga kali. Dia rawat inap di rumah sakit selama sebulan, dia memiliki banyak tabung yang dimasukkan di dadanya dan kemudian dikeluarkan (isinya). Dia mengalami drop selama 1 semester kuliahnya. Tapi dia berkata, "aku akan kembali" dan dia kembali tapi tidak 100%.

Dia berjuang setiap hari dengan kerusakan permanen di salah satu sisi tubuhnya, dan juga kehilangan pendengaran, tapi dia terus melaluinya.

Aku memang bukan ibu yang sempurna, tapi aku tahu aku melakukan yang terbaik untuknya.
Banyak orang menderita dengan penyakit menyeramkan, yang tak terlihat buruk seperti cacat fisik. Orang mati karena depresi, tapi kita tidak dapat melihatnya,

Aku berharap bisa menemukanmu. Bukan untuk menyalahkanmu karena telah meninggalkan catatan itu dan membuatnya sedih. Namun untuk memberimu kesempatan bertemu dengan anakku. Aku yakin kamu akan menyukainya.

Tolong, jangan menilai suatu buku dari sampulnya.

Siapa pun kamu, tolong sebarkan ini tak hanya untuk menemukan orang ini, tapi juga untuk meningkatkan keprihatinan terhadap penyakit menyeramkan ini."

Walau merasa diperlakukan tidak adil ternyata Corinna sangat legawa. Bisa dilihat dari kalimat-kalimat terakhirnya.

Dia juga mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam bertindak karena bisa menyakiti orang lain.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags