Brilio.net - Kelapa, tentu buah satu ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Buah yang menjadi simbol pramuka ini telah berhasil membuat Marc Dusseiller, seorang warga negara Switzerland jatuh hati dan menyukai kelapa. Bahkan Marc Dusseiller menjadikan kelapa sebagai bahan penelitiannya. Dusseiller cukup prihatin melihat kelapa di Indonesia belum dikembangkan kearah yang berbasis teknologi dan hanya sekedar dikomsumsi sebagai buah saja.
"Saya pergi ke beberapa daerah di dunia dan kemudian menginjakkan kaki di Asia, saya melihat Asia memiliki kekayaan yang tidak terhingga salah satunya adalah buah kelapa yang dapat tumbuh dengan mudah dan memiliki begitu banyak fungsi mulai dari akar hingga buah. Saya berpikir betapa beruntungnya orang Asia bisa mendapatkan kelapa dengan mudah termasuk di Indonesia," cerita Marc Dusseiller kepada brilio.net, Jumat (18/9).
BACA JUGA :
20 Pelat kendaraan unik bikin kamu tertawa
Marc Dusseiller memang memiliki pengalaman sebagai peneliti dan membentuk sebuah komunitas bernama Hackteria. Hackteria merupakan kumpulan anak muda dari berbagai dunia yang melakukan inovasi dalam membuat sesuatu yang berlandaskan sains dan memiliki nilai seni yang tinggi. Hackteria terbentuk pada bulan Februari 2009 yang dimotori oleh Marc Dusseiller bersama dua rekannya yaitu Andy Gracie dan Yasha Shetty.
BACA JUGA :
Kenalan online, sepasang bocah menikah di usia 13 tahun
Kecintaan Marc Dusseiller terhadap kelapa membuatnya berpikir untuk menciptakan sebuah inovasi baru yang menggabungkan kelapa dengan teknologi canggih yaitu internet. Selama ini orang-orang belum pernah terpikir untuk menggabungkan alam dan teknologi, hal itulah yang membuat co-Founder dari Hackteria ini mencoba melakukan terobosan baru.
"Kelapa menurut saya mampu menunjang perkembangan ilmu pengetahuan, batok kelapa memiliki kekuatan yang sangat keras dan berpotensi digunakan untuk penelitian. Saya dan rekan-rekan saya di Hackteria kemudian berpikir untuk mengembangkan Internet of Coconuts (IoC)," lanjut Dusseiller.
Dusseiller dan tim membuat prototype untuk melacak kondisi pecemaran air yang terjadi di sungai-sungai di Yogyakarta. Kelapa dibersihkan dan disisakan batoknya saja, kemudian alat-alat yang diperlukan dimasukkan ke dalam batok kelapa dengan rangkaian yang baik. Agar kelapa tetap terapung maka diberi pemberat. Alat yang dimasukkan ke dalam batok kelapa adalah Global Positioning System (GPS) untuk melacak pergerakan kelapa, SD Card untuk menyimpan data dan arduino untuk mengontrol penyimpanan data.
Kelapa lalu dihanyutkan di sebuah sungai yang ada di Yogyakarta sejauh 500 meter dan dipantau melalui GPS. Dari hasil percobaan IoC diperoleh bahwa ternyata air sungai yang ada di Yogyakarta sudah mengalami pencemaran yang cukup memprihatinkan dan terjadi peningkatan suhu air di sungai.
Dusseiller sendiri merasa puas dengan hasil penelitiannya tersebut dan berencana mengembangkannya lebih lanjut lagi. "Jadi Indonesia ini sangat kaya dan saya pikir anak mudanya pun cerdas, tinggal bagaimana anak mudanya bisa berinovasi untuk menciptakan hal baru, didik anak-anak muda untuk tidak takut mencoba berbagai hal dalam membuat inovasi mereka sendiri," tandas Dusseiller.