Brilio.net - Sebelumnya sudah pernah dibahas kaitan sholat dengan peningkatan performa kerja maupun kaitan sholat dengan ketenangan jiwa.
Kali ini brilio.net bakal bahas kaitan sholat dengan pencerahan. Tahukah kamu bahwa sholat mampu menjadi wahana pencerahan intelektual? Dari buku "Buat Apa Sholat?! Kecuali Jika Anda Hendak Mendapatkan Kebahagiaan dan Pencerahan Hidup", berikut penjelasannya:
Pertama, proses mengetahui dapat bersifat intelektual maupun spiritual. Menurut kaum filosof, setiap momen pencerahan intelektual yang paling berkualitas terjadi akibat kontak antara jiwa suci dengan apa yang diistilahkan sebagai akal aktif (akal yang berperan sebagai penerima wahyu/pencerahan).
Pencerahan dicapai lewat suatu pengalaman religius, tidak bisa hanya lewat proses berpikir biasa. Dalam suatu momen pencerahan, pengetahuan hadir begitu saja dalam diri (hati). Dalam konteks ini, sholat yang telah dikerjakan dengan baik akan menghadirkan dan menyucikan akal, jiwa, atau hati sehingga terjadilah kontak dengan sang penyampai pengetahuan dan pencerahan (hadirnya pengetahuan) bisa terjadi.
Kedua, sholat yang khusyuk membawa seseorang dari kesadaran penuh akan kondisi sekitar kepada kondisi antara tidur dan jaga (flow), yang dalam suatu penelitian disebutkan, menempatkan otak dalam suatu keadaan yang mampu mentransmisikan gelombang alfa.
Gelombang ini diyakini yang terbaik sebab pada keadaan otak seperti inilah kreativitas (kemampuan untuk memperoleh pemikiran terbaik) terjadi. Pada keadaan jaga biasa otak memancarkan gelombang beta, sedangkan pada keadaan tidur gelombang teta dan delta.
Pada keadaan flow, pelaku sudah melewati masa kesadaran penuh, tapi tak sampai tingkat tertidur. Biasanya, untuk mencapai level kreatif seperti ini, para ahli menyarankan agar orang bermeditasi.
Tetapi, pada saat yang sama, ia juga perlu menjaga agar ia tak sampai tertidur. Mereka menyarankan beberapa kegiatan yang diteliti dapat mewakili modus seperti ini, semisal: bersantai di bak mandi, mengemudikan mobil di jalan raya yang sepi, mendengarkan musik klasik, dan sebagainya.
Nah, shalat dapat menciptakan keadaan antara jaga dan tidur secara lebih baik daripada kegiatan-kegiatan lain yang disarankan para ahli itu. Mengapa? Karena, jika dalam meditasi, pembacaan doa, apalagi kegiatan-kegiatan sehari-hari, seperti mendengarkan musik, bersantai di bak mandi, menyetir di jalan sepi dsb masih memungkinkan pelakunya tertidur.
Maka sholat dapat memenuhi kedua syarat itu sekaligus: di satu sisi mensyaratkan kekhusyukan dan thumaninah sehingga otak mampu memancarkan gelombang alfa. Di sisi lain, sholat mengandung bacaan dan gerakan yang berubah-ubah sehingga tetap dapat memelihara seseorang dalam keadaan jaga, betapapun khusyuknya ia melakukan shalat.