Brilio.net - Sebagai anak pertama pasti terkesan mendapatkan banyak keistimewaan dan pengutamaan. Namun begitu, menjadi anak sulung mungkin tidak selalu 'bahagia', lebih-lebih melihat hasil penemuan penelitian yang baru saja dilakukan di Swedia.
Dilansir brilio.net dari Huffington Post, Rabu (2/9), hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 29% dari partisipan perempuan yang lahir sebagai anak sulung mengalami kelebihan berat badan (overweight), dan 40% mengalami kegemukan (obese/ obesitas), bila dibandingkan dengan saudara perempuan mereka yang lahir berikutnya.
Penelitian tersebut mengambil data sebanyak 13.500 pasang perempuan bersaudara dari Swedish Birth Register. Data tersebut mencakup berat badan partisipan saat mereka lahir, serta data berat badan dan tinggi selama kehamilan pertama kala mereka dewasa, tepatnya pada kunjungan prenatal pertama mereka. Kunjungan ini terjadi rata-rata ketika partisipan tersebut menjalani usia kehamilan 10-12 minggu.
Data menunjukkan bahwa pada saat lahir, para perempuan sulung rata-rata memiliki berat badan lebih sedikit ketimbang saudara perempuan kedua. Namun kala mereka dewasa, pada trimester pertama kehamilan, perempuan sulung memiliki Body Mass Index (BMI) lebih tinggi, rata-rata 24,4, sedangkan saudara kedua mereka justru memiliki rata-rata BMI 23,8. Perbedaannya mungkin tampak kecil, tapi secara statistik penelitian, perbedaan ini terlihat signifikan.
"Penelitian ini merangkum dari tiga penelitian sebelumnya yang diberlakukan untuk perempuan dewasa, pria dewasa, dan anak-anak dari dua jenis kelamin tersebut," kata Wayne Cutfield, dokter yang merupakan penulis studi ini sekaligus profesor endokrinologi di Universitas Auckland di Selandia Baru.
Cutfield menambahkan, dengan adanya penelitian ini, ada empat penelitian yang menunjukkan peningkatan risiko obesitas para pria dan perempuan dengan urutan kelahiran pertama atau anak sulung. Penelitian terbaru ini, telah terbit dalam Journal of Epidemiology and Community Health pada 26 Agustus 2015 lalu dan merupakan penelitian terbesar dari penelitian serupa, yang dilakukan secara ekslusif terhadap pasangan perempuan bersaudara dewasa.
Lebih lanjut, penyebab pasti anak perempuan sulung memiliki risiko obesitas tidak diketahui, tapi para peneliti berspekulasi mungkin terletak pada rahim, khususnya plasenta, dari ibu mereka.
Cutfield melanjutkan bahwa ada kemungkinan pada kehamilan anak kedua, perubahan terjadi yang meningkatkan jumlah pasokan darah ke plasenta. Itu artinya, selama kehamilan anak pertama, pembuluh darah mungkin relatif sempit sehingga membatasi aliran darah.
"Dengan begitu, pasokan gizi akan bekurang, akibatnya terjadi pemrograman ulang regulasi lemak dan glukosa. Artinya, pada kemudian hari, individu yang lahir pertama berisiko menyimpan lebih banyak lemak dan memiliki insulin yang bekerja kurang efektif," tukas Cutfield.
Dari kondisi tersebut akan menimbulkan risiko resistensi insulin, yaitu suatu kondisi di mana sel-sel tubuh seseorang tidak menggunakan insulin secara efektif, yang merupakan faktor risiko untuk diabetes tipe 2.
Nah, setelah diketahui hasil penelitian tersebut, para peneliti memperingatkan bahwa hasil temuan di atas tidak bisa dijadikan patokan bahwa urutan kelahiran adalah satu-satunya faktor risiko obesitas.
Cutfield menekankan, "Menjadi anak pertama mungkin hanya kontributor kecil untuk risiko obesitas dan diabetes, sebab mengingat kembali perbedaan obesitas dan resistensi insulin antara anak sulung dan anak berikutnya tidak terlalu besar. Penelitian ini memberikan informasi bahwa anak pertama juga patut waspada terhadap gaya hidup."
Maka dari itu, Cutfield menyarankan kamu yang lahir sebagai anak pertama harus olahraga teratur dan diet yang sehat. Tentu saja untuk kamu yang memiliki urutan kelahiran ke berapa pun.
Selain itu, Cutfield juga menyatakan bahwa obesitas bukan satu-satunya risiko yang ditanggung anak sulung. Ada penelitian lain yang menunjukkan pria dewasa sulung mengalami peningkatan resistensi insulin. Selain itu juga ada studi yang menunjukkan anak-anak sulung memiliki risiko tekanan darah tinggi.
Perlu dicatat, risiko belum tentu terjadi lho, guys. Kalau kamu menjaga pola hidup sehat, risiko itu akan bisa diminimalisasi. Jadi, selalu jaga kesehatan.