1. Home
  2. ยป
  3. Olahraga
31 Juli 2024 06:25

15 Kontroversi dalam sejarah Olimpiade, dari kasus doping hingga tiru lukisan Penjamuan Terakhir

Mulai skandal doping, keputusan wasit yang kontroversial, hingga permasalahan politik internasional. Muhamad Ikhlas Alfaridzi

Brilio.net - Olimpiade musim panas, ajang olahraga terbesar dan paling bergengsi di dunia, telah menjadi panggung bagi para atlet untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sejak tahun 1896.

Sebelum diselenggarakan di Paris, Olimpiade modern pertama kali diketahui digelar di Athena, Yunani, dengan partisipasi 241 atlet dari 14 negara yang berkompetisi dalam 43 event. Momen ini diinisiasi oleh Baron Pierre de Coubertin. Sejak saat itu, Olimpiade telah berkembang menjadi sebuah mega-event yang diikuti ribuan atlet dari ratusan negara.

BACA JUGA :
5 Kisah para atlet yang membelot sepanjang sejarah Olimpiade


Seiring berjalannya waktu, Olimpiade tidak hanya menjadi ajang adu prestasi, tetapi juga cerminan dari perkembangan politik, sosial, dan teknologi dunia. Perhelatan empat tahunan ini telah menyaksikan berbagai momen bersejarah, mulai dari pecahnya rekor-rekor dunia sampai peristiwa-peristiwa yang mengubah wajah olahraga global.

foto: Instagram/@olympics

BACA JUGA :
9 Potret kemeriahan pembukaan Olimpiade Tokyo 2020

Namun, di balik gemerlap medali dan sorak-sorai penonton, Olimpiade juga tak luput dari berbagai kontroversi. Skandal doping, keputusan wasit yang kontroversial, hingga permasalahan politik internasional telah mewarnai sejarah panjang ajang ini.

Baru-baru ini Olimpiade Paris 2024 menjadi salah satu pesta olahraga yang disorot dengan berita miring. Kemegahan dan kesakralan itu bak dilupakan dan dijadikan sebuah momen satir bahkan diwarnai kontroversi LGBT. Salah satu momen paling kontroversial adalah ketika lukisan Leonardo da Vinci terkait "Perjamuan Terakhir Yesus".

Kontroversi-kontroversi tersebut tidak hanya mempengaruhi jalannya pertandingan, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas terhadap dunia olahraga dan hubungan antar negara.

Nah, buat kamu yang sedang seru-serunya menonton berbagai siaran pertandingan Olimpiade 2024 Paris, kamu bisa rehat sejenak dan membaca deretan fakta kontroversi dalam sejarah Olimpiade. Dihimpun brilio.net dari berbagai sumber pada Selasa (30/7), ini dia 15 di antaranya.

1. Kontroversi pembukaan Olimpiade Paris 2024

foto: X/@StopPlandemit

Salah satu momen paling kontroversial dalam pembukaan Olimpiade Paris 2024 adalah adegan parodi lukisan "Perjamuan Terakhir" karya Leonardo da Vinci. Dalam adegan ini, para tokoh dalam lukisan digantikan oleh sosok-sosok yang beragam, termasuk di antaranya waria.

Banyak pihak, terutama umat Kristen, merasa bahwa adegan ini menghina agama dan merendahkan makna sakral lukisan "Perjamuan Terakhir". Mereka berpendapat bahwa penggambaran Yesus Kristus dan para rasul dengan sosok yang berbeda, termasuk waria, adalah tindakan yang tidak menghormati keyakinan mereka.

2. Pembantaian Munich (1972)

Olimpiade Munich 1972 dinodai oleh serangan teroris yang menewaskan 11 anggota tim Israel. Pada 5 September 1972, delapan anggota kelompok teroris Palestina "Black September" menyusup ke desa atlet Olimpiade dan menyandera anggota tim Israel.

Insiden ini berakhir dengan baku tembak di bandara, yang mengakibatkan kematian semua sandera Israel, lima teroris, dan seorang polisi Jerman. Peristiwa ini menjadi titik balik dalam sejarah Olimpiade, yang mengharuskan peningkatan keamanan secara signifikan di semua Olimpiade berikutnya.

3. Boikot Olimpiade Moskow 1980

Olimpiade Moskow 1980 menjadi sasaran boikot besar-besaran yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Boikot ini merupakan protes terhadap invasi Uni Soviet ke Afghanistan pada Desember 1979. Sebanyak 65 negara memutuskan untuk tidak berpartisipasi, termasuk AS, Kanada, Jepang, dan Jerman Barat. Boikot ini berdampak signifikan pada kompetisi, dengan beberapa cabang olahraga mengalami penurunan level kompetisi karena absennya atlet-atlet top dunia.

4. Kasus Marion Jones (2000)

Marion Jones, pelari AS yang memenangkan tiga medali emas dan dua perunggu di Olimpiade Sydney 2000, kemudian terbukti menggunakan doping. Pada 2007, Jones mengaku telah menggunakan steroid sebelum Olimpiade Sydney dan berbohong kepada penyelidik federal. Akibatnya, Jones dijatuhi hukuman penjara dan semua medali Olimpiadenya dicabut. Kasus ini menjadi salah satu contoh paling terkenal dari dampak doping terhadap integritas olahraga.

5. Kontroversi penilaian Gimnastik Artistik (2004)

Pada Olimpiade Athena 2004, terjadi kontroversi besar dalam penilaian gimnastik artistik putra. Atlet Rusia Alexei Nemov tampil spektakuler di palang tunggal, namun mendapat nilai yang dianggap terlalu rendah oleh penonton. Protes keras penonton berlangsung selama beberapa menit, menghentikan kompetisi. Akhirnya, nilai Nemov direvisi, meskipun tetap tidak cukup untuk mendapatkan medali. Insiden ini menyoroti masalah subjektivitas dalam penilaian gimnastik dan mendorong perubahan sistem penilaian.

foto: Instagram/@olympics

6. Skandal tinju Seoul (1988)

Pertandingan tinju kelas menengah antara Roy Jones Jr. (AS) dan Park Si-Hun (Korea Selatan) di Olimpiade Seoul 1988 berakhir dengan keputusan kontroversial. Meskipun Jones mendominasi pertandingan, kemenangan justru diberikan kepada Park. Kemudian terungkap bahwa tiga hakim telah disuap oleh pejabat Korea Selatan. Skandal ini mengakibatkan perubahan besar dalam sistem penilaian tinju amatir.

7. Kasus Ben Johnson (1988)

Sprinter Kanada Ben Johnson memenangkan medali emas dan memecahkan rekor dunia lari 100 meter di Olimpiade Seoul 1988. Namun, tiga hari kemudian, Johnson dinyatakan positif menggunakan steroid anabolik stanozolol. Medali emasnya dicabut dan diberikan kepada Carl Lewis. Kasus ini menjadi salah satu skandal doping paling terkenal dalam sejarah olahraga dan mengubah cara dunia memandang doping dalam olahraga elit.

8. Kontroversi usia atlet gimnastik China (2008)

Pada Olimpiade Beijing 2008, muncul kontroversi mengenai usia atlet gimnastik China. Peraturan menetapkan bahwa atlet gimnastik harus berusia minimal 16 tahun, namun ada dugaan bahwa beberapa atlet China sebenarnya masih di bawah umur. Meskipun penyelidikan resmi oleh Federasi Gimnastik Internasional akhirnya membebaskan China dari tuduhan, kontroversi ini tetap menjadi sorotan dan mempertanyakan integritas kompetisi.

9. Kasus Oscar Pistorius (2012)

Oscar Pistorius, atlet para-olimpiade Afrika Selatan, menjadi atlet tungkai ganda pertama yang berkompetisi di Olimpiade reguler pada 2012 di London. Namun, setahun kemudian, Pistorius terlibat dalam kasus pembunuhan kekasihnya, Reeva Steenkamp. Kasus ini mengejutkan dunia olahraga dan memunculkan perdebatan tentang perlakuan terhadap atlet-atlet terkenal dalam sistem hukum.

10. Skandal Doping Rusia (2014-2018)

Salah satu skandal doping terbesar dalam sejarah olahraga modern melibatkan program doping yang didukung negara oleh Rusia. Terungkap bahwa Rusia telah menjalankan program doping sistematis selama bertahun-tahun, termasuk di Olimpiade Musim Dingin Sochi 2014. Akibatnya, banyak atlet Rusia dilarang berpartisipasi di Olimpiade Rio 2016 dan PyeongChang 2018, dan Rusia dilarang menggunakan bendera dan lagu kebangsaannya di Olimpiade Tokyo 2020.

foto: Instagram/@olympics

11. Kontroversi juri tinju Olimpiade Rio 2016

Olimpiade Rio de Janeiro 2016 diwarnai kontroversi dalam pertandingan tinju. Beberapa keputusan juri dianggap sangat kontroversial. Beberapa pertandingan, termasuk final kelas bantam putra antara Shakur Stevenson (AS) dan Robeisy Ramirez (Kuba), menuai kritik keras. Akibatnya, Asosiasi Tinju Amatir Internasional (AIBA) mengeluarkan beberapa wasit dan juri dari turnamen.

12. Kasus Ryan Lochte (2016)

Perenang AS Ryan Lochte terlibat dalam insiden kontroversial selama Olimpiade Rio 2016. Lochte mengklaim bahwa dia dan rekan setimnya dirampok dengan todongan senjata, namun kemudian terungkap bahwa cerita tersebut dibuat-buat. Sebenarnya, Lochte dan rekan-rekannya terlibat dalam perusakan properti di sebuah pom bensin. Kasus ini memicu perdebatan tentang perilaku atlet di luar arena kompetisi dan citra negara tuan rumah.

13. Kontroversi Transgender di Olimpiade Tokyo 2020

Partisipasi atlet transgender Laurel Hubbard dari Selandia Baru dalam kompetisi angkat besi wanita di Olimpiade Tokyo 2020 memicu perdebatan tentang keadilan dalam olahraga. Meskipun Hubbard memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan oleh Komite Olimpiade Internasional, kehadirannya memunculkan pertanyaan tentang keunggulan biologis dan inklusivitas dalam olahraga elit.

14. Kasus Simone Biles di Olimpiade Tokyo 2020

Penarikan diri Simone Biles, pesenam AS yang sangat diunggulkan, dari beberapa final di Olimpiade Tokyo 2020 karena alasan kesehatan mental memicu diskusi global tentang tekanan yang dihadapi atlet elit. Keputusan Biles membuka dialog penting tentang pentingnya kesehatan mental dalam olahraga prestasi dan mengubah persepsi publik tentang kekuatan dan kerentanan atlet.

15. Indonesia Membuat Olimpiade Tandingan: GANEFO (1963)

foto: museumkepresidenan.id

Pada tahun 1963, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno menyelenggarakan Games of the New Emerging Forces (GANEFO) sebagai tandingan Olimpiade. GANEFO diselenggarakan sebagai respons terhadap suspense Indonesia dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) karena menolak memberikan visa kepada atlet Israel dan Taiwan pada Asian Games 1962 di Jakarta.

GANEFO pertama diselenggarakan di Jakarta pada November 1963, diikuti oleh sekitar 2.700 atlet dari 51 negara, terutama negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang baru merdeka. Event ini menjadi manifestasi dari politik luar negeri Indonesia saat itu yang menentang hegemoni Barat dan mendukung gerakan Non-Blok.

foto: Instagram/@soekarno_hatta_1945

Meskipun GANEFO berhasil diselenggarakan, event ini tidak mendapat pengakuan dari komunitas olahraga internasional. IOC bahkan mengancam akan mendiskualifikasi atlet yang berpartisipasi dalam GANEFO dari Olimpiade Tokyo 1964. GANEFO kedua yang direncanakan pada tahun 1967 di Kairo, Mesir, akhirnya dibatalkan karena berbagai faktor, termasuk pergantian kepemimpinan di Indonesia setelah peristiwa G30S.

GANEFO menjadi contoh unik bagaimana olahraga dapat digunakan sebagai alat politik internasional dan menunjukkan kompleksitas hubungan antara olahraga, politik, dan diplomasi global.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags