Brilio.net - Laga semifinal SEA Games 2017 cabang olahraga sepak bola dimenangkan oleh Malaysia. Dewi Fortuna sedang tak memihak Septian David Maulauna dan kawan-kawan, artinya Indonesia harus puas berebut perunggu dengan Myanmar. Beruntung, anak-anak asuh Luis Milla berhasil menyarangkan 3 gol ke gawang Sann Satt Naing.
Sosok Thanabalan Nadarajah adalah pemupus mimpi Timnas Indonesia lewat sundulannya jelang akhir babak kedua. Dia adalah pemain klub divisi tiga sepak bola Malaysia, Felcra FC. Thanabalan terpilih untuk berlatih ke akademi Barcelona, La Masia, pada 2012.
Thanabalan bukan hanya pahlawan bagi Ong Kwim Swee serta publik Malaysia, dia juga merupakan sosok penting bagi keluarganya. Berikut kisahnya seperti disarikan brilio.net dari World of Buzz.
Pada 2013 ayahnya, S Nadarajah, pernah mengalami kecelakaan saat berkendara dari Seremban ke Kuala Lumpur. Akibatnya, dia lumpuh dari dada ke bawah. Aktivitasnya tak bisa lepas dari bantuan kursi roda. Thanabalan merupakan anak tertua sehingga mesti menyokong seluruh kebutuhan keluarga seperti membayar tagihan, membeli obat-obatan, serta menyediakan biaya untuk adik-adiknya, Kheeteeswaran (19) dan Keerthikaa (13). Itulah yang harus ditanggung Thanabalan di usia 22 tahun.
"Meski anak kami selalu sibuk dengan latihan sepak bola, dia tidak pernah melupakan keluarganya dan selalu mendukung kami," kata Nadarajah kepada Harian Metro.
"Dia memprioritaskan keluarganya lebih dari apapun dan menjadi kepala keluarga setelah kecelakaan saya di tahun 2013. Sejak bergabung dengan tim sepak bola nasional, Thanabalan enggan meninggalkan kami karena dia khawatir tentang keadaan kami jika tanpa dia," katanya lagi.
S Nadarajah semasa muda ternyata juga merupakan pemain sepak bola. Dia mengaku sangat bangga dengan prestasi anaknya.
"Ketika dia masih kecil, dia akan selalu menendang benda yang ditemukannya di tanah, terutama botol. Sekarang, dia selalu menghungi saya tepat setelah suatu pertandingan selesai untuk memberi tahu saya tentang bagaimana dia bermain," ujar S Nadarajah.
BACA JUGA :
Cara sosiolog Imam B Prasodjo bekali montir 24 jam ini bikin terenyuh