Brilio.net - Sebuah tragedi kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan membuat jagat sepak bola tanah air harus sekali lagi berduka. Tragedi tersebut terjadi setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya, dalam lanjutan laga pekan ke-11 pada Sabtu (1/10).
Kericuhan tak terelakkan di stadion yang menjadi markas Arema FC itu. Aremania turun ke lapangan setelah tim kesayangan mereka kalah dari rivalnya.
BACA JUGA :
Kapolda Jatim ungkap alasan penembakan gas air mata ke arah suporter
Situasi yang tidak kondusif membuat petugas keamanan untuk bertindak menghalau suporter. Alhasil, kericuhan dan kepanikan terjadi di Stadion Kanjuruhan.
Dikutip brilio.net dari bola.com Minggu (2/10), banyak korban yang berjatuhan di Stadion Kanjuruhan, baik karena sesak napas maupun karena terinjak-injak. Setiap ruang hingga pintu keluar stadion, banyak korban yang tergeletak, dan beberapa di antaranya tidak lagi bernapas.
Ketika wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir, suasana masih tergolong kondusif. Hanya saja para pemain Persebaya Surabaya memang langsung berlari ke dalam ruang ganti sebagai langkah antisipasi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan.
BACA JUGA :
Polisi: Rusuh karena 23 tahun Arema tak pernah kalah dari Persebaya
Sementara itu, para pemain Arema FC berjalan ke tengah lapangan seperti yang biasa mereka lakukan. Mereka bermaksud memberikan penghormatan kepada Aremania yang telah memberikan dukungan penuh di Stadion Kanjuruhan meski pada akhirnya Singo Edan harus kalah.
Namun, saat itu sudah ada beberapa Aremania yang masuk lapangan. Mereka tidak melakukan aksi yang anarkis tapi justru menghampiri para pemain Arema FC. Ada yang memeluk Sergio Silva, ada pula yang berbicara dengan kapten tim, Ahmad Alfarizi.
Namun, situasi kemudian mulai sulit untuk dikendalikan. Seorang Aremania masuk lapangan sambil berlari membawa bendera Persebaya Surabaya yang dicoret. Kemudian aksi itu diikuti oleh Aremania lainnya yang masuk ke dalam lapangan dan jumlahnya makin banyak.