Brilio.net - Piala AFF 2010 menjadi momen yang membanggakan sekaligus menyedihkan bagi insan sepak bola Indonesia. Timnas Indonesia yang saat itu diperkuat Firman Utina dan kawan-kawan, berpeluang besar membawa pulang trofi kampiun sebelum dilibas Malaysia dengan kekalahan agregat 2-4. Skuad Garuda yang melenggang mulus sejak fase grup, mendadak kehilangan tajinya di partai puncak yang sangat krusial.
Melawan Malaysia di partai final, timnas Indonesia digadang-gadang akan melakoni laga dengan mudah. Pasalnya, kekuatan timnas pada saat itu bisa dibilang melampaui semua pesaing terberat seperti Thailand hingga Vietnam. Bahkan, tim Garuda mampu membungkus kemenangan 5-1 atas Malaysia pada fase grup.
BACA JUGA :
10 Potret kebersamaan Simon McMenemy dan istri, kompak banget
Bermain di Stadion Bukit Jalil, Malaysia, timnas digunduli dengan skor 0-3. Tim Garuda mencoba membalas kekalahan di partai kedua, namun, kemenangan 2-1 tak juga membawa Indonesia meraih trofi Piala AFF. Kini, delapan tahun berselang, memori pahit di final Piala AFF kembali muncul. Bukan cuma soal kekalahannya setelah perjuangan luar biasa dari fase grup, tetapi karena indikasi pengaturan skor yang mewarnai pertandingan tersebut.
Indikasi pengaturan skor ini mulai terkuak karena pernyataan mantan Ketua Badan Liga Indonesia, Andi Darussalam di talkshow Mata Najwa pada Rabu (19/12). Andi menyatakan bahwa ada indikasi pengaturan skor pada laga final Piala AFF 2010. Kendati demikian, Andi tak menyebut siapa-siapa saja yang terlibat dalam isu pengaturan skor ini.
Merebaknya isu pengaturan skor pada Piala AFF 2010 membuat publik bertanya-tanya. Tentu, banyak dari mereka yang kecewa apabila indikasi pengaturan skor tersebut dibenarkan ndi Darussalam. Tak sedikit warganet yang kemudian bertanya langsung kepada para pemain yang saat itu memperkuat tim Garuda. Salah satu pemain yang menjadi sasaran pertanyaan warganet adalah mantan bek timnas Maman Abdurrahman.
BACA JUGA :
8 Fakta mengenai Ole Gunnar Solskjaer, pelatih baru Manchester United
Maman saat itu melakukan blunder yang berakibat gol pertama bagi Malaysia, mendapat cercaan warganet di media sosialnya. Bahkan, komentar warganet di salah satu postingannya mencapai angka lebih dari 40 ribu. Banyak yang kemudian mencurigainya sebagai salah satu pemain yang terlibat dalam isu pengaturan skor tersebut.
foto: Instagram/@memenabdurrehmen56
Unggahan Maman di akun Instagram-nya pun banjir hujatan dan pertanyaan warganet. Banyak yang memintanya untuk memberikan klarifikasi terkait isu yang saat ini menjadi perbincangan di masyarakat.
foto: Instagram/@memenabdurrehmen56
Maman Abdurrahman dituntut untuk memberikan pernyataan yang jujur terkait isu pengaturan skor yang berakibat kekalahan Indonesia di Piala AFF 2010.
foto: Instagram/@memenabdurrehmen56
Mendapat cercaan warganet, Maman akhirnya buka suara dalam jumpa pers yang difasilitasi oleh Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Dalam konferensi pers tersebut maman mengaku kaget dengan pemberitaan yang menyebut dirinya terjerat isu pengaturan skor.
"Saya kaget melihat pemberitaan, tiba tiba Instagram saya ramai, saya difitnah. Saya yakin, seperti penjelasan awal, sehubungan dengan opini yang berkembang setelah tayangan Mata Najwa, saya hanya bilang dengan opini yang berkembang di media sosial, saya banyak diserang," ungkap Maman seperti dikutip brilio.net dari bola.com, Kamis (20/12).
Maman menegaskan bahwa dirinya tidak sengaja melakukan blunder atau kesalahan teknis pada saat leg pertama final Piala AFF 2010. Dirinya mengakui bahwa ia seharusnya mengamankan bola, alih-alih menunggu pemain Malaysia mengejar bola yang berujung gol untuk Malaysia.
"Saya harus akui saya melakukan kesalahan secara teknis, bahasanya blunder tapi tidak ada unsur apapun. Waktu itu Alfred Riedl setelah laga bilang, seingat saya, setiap pemain bisa saja melakukan kesalahan. Saya akui saya blunder, secara teknis. Tapi tuduhan suap itu tidak benar. Demi Allah," terangnya.
Pemain Persija Jakarta ini juga mengaku siap bekerja sama dengan kepolisian untuk menuntaskan kasus pengaturan skor ini.