Brilio.net - Dua gol yang dicetak oleh Cristian Gonzales dan Rival Lastori ke gawang Rendy Oscario mengantarkan PSS Sleman menjuarai kompetisi Liga 2 2018. Gelar tersebut berhasil diraih setelah mengalahkan Semen Padang pada babak final yang digelar di Stadion Pakansari, Bogor pada Selasa (4/12).
Gelar juara tersebut membuat klub asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini promosi ke kasta tertinggi Liga Indonesia, Liga 1. Pun dengan Semen Padang, dua klub ini sebenarnya sudah mengantongi tiket promosi sejak lolos dari semifinal setelah mengalahkan lawannya masing-masing.
BACA JUGA :
13 Pasangan atlet yang putuskan menikah, Lindswell Kwok nyusul nih?
foto: pss-sleman.co.id
Lolosnya PSS Sleman ke Liga 1 merupakan buah penantian selama 10 tahun lamanya. Terakhir kali tim berjuluk Super Elang Jawa (Super Elja) ini bermain di kasta tertinggi Liga Indonesia adalah pada tahun 2007, saat itu kasta tertinggi liga di Indonesia bernama Divisi Utama.
Promosinya PSS ini sebenarnya sudah dinanti lama oleh publik sepak bola Indonesia. Sebab Super Elja punya nama besar di kasta kedua liga nasional. Nama PSS Sleman yang disokong basis suporter besar selalu berhasil menarik daya minat bermain pemain-pemain bintang.
PSS Sleman sendiri pernah merasakan ketatnya persaingan di divisi tertinggi. Setelah perjuangan selama 24 tahun, tim kebanggaan warga Sleman ini berhasil promosi ke Divisi Utama pada tahun 2000. PSS promosi setelah finis di urutan kedua di bawah Persita Tangerang dalam kompetisi Divisi I.
BACA JUGA :
Lindswell Kwok dan 4 atlet ini pilih pensiun di masa kejayaannya
foto: Instagram/@slemanfootball
Sejak saat itu, PSS berhasil bersaing di papan atas Divisi Utama. Prestasi luar biasa diukir pada musim kompetisi 2002-2003, klub dengan warna kebesaran hijau tersebut berhasil bertengger di peringkat empat klasemen, di bawah nama besar seperti PSM Makassar, Persik Kediri dan Persita Tangerang.
Prestasi ini bertahan hingga musim berikutnya. Selain bisa finis di empat besar, PSS yang pada musim 2003-2004 dilatih Daniel Rukito ini juga berhasil sampai ke semifinal Piala Indonesia atau yang saat itu masih bernama Copa Dji Sam Soe.
Prestasi PSS Sleman berubah seiring pergantian kandang yang semula menggunakan Stadion Tridadi dan Stadion Mandala Krida menuju Stadion Maguwoharjo. Pada tahun 2007, Sleman yang saat itu diperkuat pemain asing Gaston Castano harus puas finis pada posisi ke-12 Grup Wilayah Timur.
Adanya perubahan struktur divisi kompetisi Liga Indonesia demi alasan profesionalitas membuat PSS Sleman harus turun kasta. Divisi Utama yang tadinya diplot sebagai divisi tertinggi kemudian digantikan oleh Liga Super Indonesia. Sejak tahun 2008 PSS harus mulai kembali berjibaku di kasta kedua.
Kisruh sepak bola Indonesia mulai dari dualisme liga dan pemberhentian aktivitas PSSI juga berdampak pada PSS Sleman. Dampak yang paling dirasakan adalah ketika berhasil juara Divisi Utama versi LPIS pada tahun 2013. PSS Sleman harusnya berhak untuk promosi pada musim berikutnya, namun dualisme yang justru membuat PSS tertahan di Divisi Utama.
Momentum juara tersebut malah membuat PSS terjerembab pada musim 2014. Kasus sepak bola gajah saat kontra PSIS Semarang pada babak delapan besar membuat kedua tim harus menerima hukuman berat dari PSSI. Padahal saat itu baik PSS maupun PSIS sudah mengantongi tiket ke babak semifinal.
Setelah liga terhenti selama satu musim akibat hukuman yang diterima PSSI, PSS memulai lembaran baru dengan berlaga di Indonesian Soccer Championship B pada tahun 2016, ini merupakan kompetisi yang digelar setelah sepak bola Indonesia terlepas dari pembekuan. Hasil dari kompetisi ini tak berpengaruh apapun terhadap Liga Indonesia.
foto: pss-sleman.co.id
Meski demikian, Super Elja berhasil melaju sampai babak final. Bertemu dengan PSCS Cilacap di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara, PSS kalah dramatis 3-4 lewat babak tambahan.
Pada tahun 2017 PSS bermain di kompetisi Liga 2, sebutan terbaru kasta kedua Liga Indonesia yang mulai diperkenalkan PSSI sejak tahun 2017. Kiprah PSS di musim pertama Liga 2 berakhir lebih cepat. Jadi juara grup 3, skuat asuhan Freddy Muli pada saat itu harus tersingkir di babak grup 16 besar.
foto: pss-sleman.co.id
Kini, setelah menunggu 10 tahun lamanya suporter PSS yang terdiri dari dua kelompok yaitu Slemania dan Brigata Curva Sud (BCS) patut berbangga. Di tengah isu pengaturan skor di Liga 2, klub kebanggaan masyarakat Sleman ini berhasil keluar sebagai juara Liga 2 2018 di bawah asuhan pelatih Seto Nurdiantoro. Mulai musim depan, PSS akan mulai merasakan lagi sengitnya persaingan kasta tertinggi kompetisi sepak bola nasional.