Brilio.net - Perjuangan untuk menjadi atlet bulutangkis andal tidak saja merupakan kerja keras dari sang atlet, apalagi jika mereka masih sangat belia. Para orangtua pun harus berjuang keras demi mendukung putra-putrinya itu. Perjuangan para orangtua ini tidak saja soal materi, melainkan perasaan hati.
Banyak cerita haru terpapar dalam tiga hari gelaran Tahap Final Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2016 yang digelar di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah pada 2-4 September 2016. Di balik cerita perjuangan dan pengorbanan calon atlet bulutangkis dalam usaha memperoleh beasiswa dari PB Djarum, ada banyak emosi yang tercurah dari para orang tua para calon bintang bulutangkis Indonesia tersebut.
Evi Herlena tak kuasa menahan air mata ketika anaknya lolos ke babak karantina Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis. Tangisannya bukan semata tangis bahagia, tapi juga bercampur kesedihan. Ibunda dari Rahma Novita Febi ini khawatir karena harus terpisah jauh dengan anaknya. Selama karantina, putri remajanya itu harus tinggal di Kudus, Jawa Tengah sementara dirinya berada di kampung halaman di Pekanbaru, Riau.
Ketika ditanya brilio.net, siapkah ibu melepas anak bungsunya tersebut jika terpilih menjadi atlet PB Djarum? Dengan berlinang air mata, dirinya menjawab siap, meski ada sedikit ketakutan.
BACA JUGA :
Demi jadi atlet bulutangkis, bocah ini tempuh 1 jam perjalanan latihan
Evi Herlena bersama putrinya, Rahma Novita Febi.
"Saya siap. Tapi saya juga khawatir apalagi dia anak bungsu. Di hati saya pasti bertanya-tanya, bisa tidak ya dia hidup mandiri di tahap karantina," ujarnya sambil menyeka air matanya dengan tisu.
BACA JUGA :
Kejar mimpi jadi atlet bulutangkis, bocah ini curi perhatian legenda
Rahma Novita Febi.
Anak keduanya tersebut lolos hingga tahap karantina dan punya tekad sekuat baja. Mereka akan membuktikan kalau mereka berani mengambil risiko apapun untuk menjadi atlet bulutangkis andalan Indonesia di masa depan.
Kekhawatiran serupa juga dialami Wing Day Astuti, ibunda dari Haura Farhana Rifka, peserta audisi asal Pekanbaru Riau. Wanita berjilbab itu mengaku mendukung penuh tekad anak perempuannya tersebut menjadi pebulutangkis andal. Meski begitu ia juga tak bisa menyembunyikan kegundahannya kalau sang putri terpilih menjadi penerima Djarum Beasiswa Bulutangkis yang berarti harus tinggal berjauhan dengannya.
"Namanya ibu tentu saja ada perasaan takut melepas anak perempuannya. Apalagi usia Hana baru 13 tahun dan anak perempuan sendiri dalam keluarga saya. Tapi apapun cita-cita anak tentu akan saya dukung," ungkapnya tabah.
Audisi beasiswa bulutangkis ini memang banyak diikuti atlet belia dari berbagai daerah di Indonesia. Sehingga, wajar jika kemudian para orangtua harus dengan berberat hati melepas buah hatinya tinggal jauh dengan mereka. Semua ini dilakukan demi mewujudkan mimpi sang buah hati untuk menjadi atlet bulutangkis kebanggaan Indonesia.