Brilio.net - Setelah berhasil mendepak Uni Emirat Arab (UEA) dari Piala Asia U-19, Rabu (24/10), Timnas Indonesia U-19 kini bersiap menghadapi sang juara bertahan Jepang di babak delapan besar. Ini adalah raihan tersendiri bagi Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan. Sebab mereka mampu melangkah hingga babak delapan besar setelah penantian 40 tahun.
Ya, Timnas U-19 terakhir kali bisa meraih capaian tersebut pada tahun 1978. Kala itu kejuaraan ini masih bernama AFC Youth Championship. Pada kejuaraan yang digelar di Bangladesh ini Indonesia menempati grup A, bersama dengan negara tetangga Malaysia, Iraq dan juga Jordan.
BACA JUGA :
Setelah penantian 40 tahun, Timnas U-19 lolos 8 besar Piala Asia 2018
Timnas U-19 era 1978 saat itu dihuni oleh pemain yang kini jadi legenda Timnas. Sebut saja Mundari Karya, Subangkit dan Bambang Nurdiansyah. Garuda Muda pun melakoni laga demi laga dengan meyakinkan. Dari tiga pertandingan, Timnas mencatatkan dua kemenangan dan hanya menelan satu kekalahan. Kekalahan tersebut didapat dari Iraq di pertandingan pertama.
foto:Twitter/@Bakatbolaindo
Menjadi runner up dengan total empat poin (saat itu tim yang menang mendapat dua poin, bukan tiga poin), Indonesia berhak menemani Iraq untuk maju ke babak delapan besar. Di sana skuat asuhan Soetjipto Soentoro sudah ditunggu oleh Korea Utara yang merupakan jawara grup B.
BACA JUGA :
Main 10 orang, persentase penguasaan bola timnas U-19 ini mengejutkan
Namun sayang, Bambang Nurdiansyah dan kawan-kawan harus mengakui ketangguhan lawannya dengan skor 0-2. Padahal jika bisa menang, Garuda Muda dipastikan lolos ke World Youth Championship atau yang sekarang disebut Piala Dunia U-20.
Dengan kekalahan tersebut otomatis Indonesia harus angkat kaki dari Bangladesh. Tapi sepertinya keuntungan masih berpihak di pundak Timnas U-19. Meski kalah dari Korea Utara, AFC memutuskan Indonesia tetap lolos ke Piala Dunia U-20 1979 di Jepang.
foto: Twitter/@peksicahyo
Hal ini tak lepas dari dari didiskualifikasinya Iran karena skandal pemalsuan usia. Sehingga Indonesia ditunjuk sebagai pengganti Iran untuk berlaga di Piala Dunia U-20 Jepang.
Lolos ke Piala Dunia kelompok usia untuk pertama kali tentu membuat masyarakat berekspetasi lebih. Indonesia diharapkan bisa menunjukkan cengkramannya di mata dunia. Tapi tunggu dulu, ajang Piala Dunia tak semudah itu. Sebelum berbicara juara, Indonesia harus melewati perlawanan dari Polandia, Yugoslavia dan Argentina yang saat itu diperkuat oleh Diego Armando Maradona di grup B.
Pada pertandingan pertama melawan Argentina, Indonesia takluk dengan skor telak 5-0. Diego Maradona melesakkan dua gol ke gawang Endang Tirtana pada laga yang digelar di Stadion Omiya ini.
foto: fifa.com
Menghadapi Polandia pada pertandingan kedua, Garuda Muda harus kebobolan lebih banyak yaitu enam gol tanpa balas. Sementara pada pertandingan terakhir melawan Yugoslavia, Indonesia kembali menelan pil pahit setelah gawangnya dibombardir lima gol tak berbalas.
Subangkit cs angkat kaki dari Jepang dengan tiga kali kekalahan tanpa pernah merasakan mencetak satu gol pun. Tapi apapun hasilnya, ini tetaplah prestasi membanggakan. Indonesia mampu mewakili Asia Tenggara di Piala Dunia. Tak perlu malu karena tak bisa menang bahkan mencetak satu gol tidak. Grup yang dihuni Indonesia pada saat itu bisa dibilang grup mematikan untuk sebuah tim debutan.
Bagaimana tidak, Argentina pada akhirnya ke luar sebagai juara pada kejuaraan tersebut. Sementara Polandia yang juga satu grup dengan Indonesia menempati peringkat empat.
foto: Instagram/pssi_fai
Namun itu adalah kenangan 40 tahun lalu. Timnas U-19 sangat bisa melanjutkan mimpi untuk kembali tampil di event sepakbola kelompok usia terbesar dunia tersebut. Mengingat Egy Maulana dan kawan-kawan sudah sampai di babak delapan besar Piala Asia U-19 2018. Mau tak mau mereka harus mengeluarkan segala kemampuan dan semangat yang ada.
Jarak itu begitu dekat, hanya tinggal 90 menit menuju Piala Dunia. Semangat Timnas Indonesia U-19!