Brilio.net - Memiliki buah hati merupakan impian setiap pasangan yang sudah menikah. Bahkan bila pasangan tersebut belum dikaruniai seorang anak, pasangan tersebut rela melakukan berbagai program untuk bisa memiliki anak.
Seperti halnya yang dialami oleh Aleks Patete, baru saja menjadi seorang istri yang tengah mengandung anak pertama merupakan kabar yang sangat membahagiakan bagi calon ibu baru. Namun sayangnya, kehamilan Patete ini dikabarkan terganggu karena dirinya mengidap penyakit kanker ovarium. Seorang dokter yang menanganinya menemukan adanya miom yang tumbuh di indung telurnya ketika Patete melakukan pemeriksaan ultrasound saat usia kandungannya memasuki usia 7 minggu.
BACA JUGA :
Perut membesar, 10 gaya Zivanna Letisha saat hamil ini tetap stylish
Dokter mengatakan miom tersebut adalah kanker dan Patete harus menggugurkan kandungannya guna menjalani kemoterapi yang agresif. Sontak saja Patete bersama dengan suaminya menolak gagasan dokter.
"Bayi itu menyelamatkanku karena dengan memeriksanya dokter mengetahui aku terkena kanker. Kanker bisa berkembang lebih jauh lagi dan mungkin aku tidak akan mengetahuinya apabila tidak hamil. Aku merasa saat itu adalah giliranku untuk menyelamatkan bayi dalam kandungan karena Tuhan telah mengirimkannya untuk menyelamatkan hidupku, kata Patete seperti yang dilansir brilio.net dari Health, Rabu (30/8).
BACA JUGA :
12 Foto ibu hamil dengan kostum unik, ada-ada aja nih
Beruntung dokter memberikan alternatif pengobatan kemoterapi yang cukup aman. Alternatif pengobatan itu hanya memiliki sedikit kemungkinan untuk mempengaruhi bayi dalam kandungan Patete.
Sama seperti ibu pada umumnya, aku tentu tidak ingin melakukan sesuatu yang bisa membahayakan bayiku. Beruntung dokter memberikan pilihan alternatif. Sehingga walaupun saya sangat ketakutan, mereka meyakini bahwa itu adalah pilihan yang relatif aman, tambah Patete.
Menurut Patete, awalnya itu adalah keputusan yang sulit. Tapi di lain pihak dia harus mempertimbangkan pilihannya. Di satu sisi apabila dia tidak melakukan apapun, hal itu bisa membahayakan nyawanya.
Sedangkan jika dia melakukan pengobatan apakah itu memengaruhi bayinya. Setelah setuju dengan pengobatan, Patete mulai melakukan pengobatan kemoterapi selama lima bulan yang membutuhkan enam putaran setiap minggu.
Meskipun pada awalnya dihadapkan pada keputusan yang sulit, beruntung keputusan itu tepat. Berminggu-minggu melalui pengobatan, hasil USG menunjukkan bahwa bayi yang dikandung Patete dalam keadaan sehat. Dia pun meneruskan kemoterapi.
Walaupun hasil pemeriksaan membuatku merasa nyaman, aku tidak pernah berhenti memikirkan kemungkinan terburuk, cerita Patete.
Beruntung bayinya lahir dengan selamat dan tumbuh menjadi bayi laki-laki yang lucu, manis, selalu tersenyum, dan penuh sukacita. Patete kemudian melanjutkan kembali pengobatan kemoterapinya.
Dia juga menjalani operasi pengangkatan sel telur dan tuba falopi sebelah kanan agar pertumbuhan sel kanker pada organ tubuh tidak berlanjut. Patete memang masih ingin memiliki banyak anak, untuk itulah dokter hanya mengangkat indung telurnya saja. Patete rutin memeriksa diri ke dokter tiga bulan sekali untuk melihat apakah kankernya kembali lagi atau tidak.