Brilio.net - Selain menahan haus dan lapar, tantangan yang juga nggak kalah berat saat Ramadan adalah soal mengatur keuangan, terlebih di masa pandemi seperti sekarang. Berdasarkan survei yang dilakukan platform pembayaran digital dan layanan keuangan OVO, ada sejumlah fakta terkait perilaku masyarakat Indonesia terkait pengelolaan keuangan di bulan Ramadan dan masa pandemi.
Di mana kebanyakan orang mengaku sulit mengatur keuangan selama Ramadan, terlebih karena pandemi di mana kebutuhan cenderung lebih banyak. Selain itu banyak orang yang terpaksa menggunakan dana darurat dari tabungan atau investasi untuk memenuhi kebutuhan saat Ramadan.
BACA JUGA :
Hindari 5 kesalahan finansial di usia 20-an ini demi masa depan cerah
Tidak sedikit rencana keuangan Ramadan yang akhirnya melenceng dari rencana awal. Banyak orang yang bergantung pada Tunjangan Hari Raya (THR) untuk kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri. Sebaliknya, hanya sedikit orang yang menyimpan THR mereka untuk tabungan jangka panjang.
Sejumlah faktor tersebut yang membuat OVO menggaungkan kampanye dan inspirasi #RaihIkhlas. Inisiatif ini dilakukan saat Ramadan karena dianggap sebagai momen yang tepat bagi masyarakat untuk introspeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik, salah satunya menjadi lebih ikhlas. Apalagi untuk kedua kalinya masyarakat menjalankan ibadah puasa di tengah situasi pandemi yang penuh tantangan dan cobaan.
Berikut beberapa persoalan terkait keuangan saat Ramadan dan cara mengatasinya yang berhasil dihimpun dari hasil survei OVO.
BACA JUGA :
Ini 5 cara kelola gaji bulanan untuk anak muda, mudah dan praktis
1. THR sebagai dewa penyelamat
Di masa pandemi ini, kebanyakan orang yang merasa khawatir tidak mendapatkan THR untuk Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini. Sementara sebagian lagi merasa akan tetap memberikan rezekinya meski tidak dapat bertemu saudara dan kerabat. Rezeki tersebut akan dibagikan melalui transfer.
Mayoritas orang memilih untuk menyalurkan THR sebagai hadiah untuk orang lain, kebutuhan sehari-hari, ditabung dan berinvestasi.
Melalui semangat keikhlasan, kampanye ini mengajak masyarakat menerima dan melepaskan kekhawatiran untuk mencapai Hari Kemenangan, lanjut Harumi.
2. Belajar lebih ikhlas
Psikolog PGCertPT Irma Gustiana A menjelaskan, banyak persoalan bermunculan selama pandemi ini. Bukan hanya masalah kesehatan, pandemi juga mengubah hampir seluruh lini kehidupan, termasuk perekonomian bahkan psikologis seseorang.
Berdasarkan data Lembaga Penelitian SurveyMeter, pada akhir Mei 2020 tingkat kecemasan dan depresi penduduk Indonesia pada masa pandemi meningkat, 55 persen mengalami gangguan kecemasan dan 58 persen mengalami gangguan depresi.
Ketidakikhlasan dalam menerima masalah, takdir, atau apa yang ada dalam hidup akan menghalangi kebahagiaan dan menurunkan kualitas hidup, baik fisik maupun mental. Oleh karena itu, berupayalah untuk ikhlas, sabar, dan senantiasa bersyukur, imbuh Irma.
3. Tips beribadah maksimal saat Ramadan
Saat menjalankan ibadah puasa sebaiknya kamu mengisi waktu dengan mencari kesibukan atau kegemaran baru. Lakukan kajian, tadarus, buka puasa, sahur online bersama keluarga dan teman-teman. Selain itu dalam situasi seperti sekarang ada baiknya menghayati dan menerima segala bentuk cobaan yang diberikan Tuhan karena ini adalah bagian dari proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai individu.
Kemudian, luangkan waktu untuk menjaga kebugaran dan merawat diri. Disamping itu kamu sebaiknya mengabaikan informasi atau berita yang memberikan dampak negatif pada kesehatan mental. Terpenting, saling mendukung dan mengingatkan serta memberdayakan sehingga daya tahan keluarga meningkat dan lebih bahagia.
4. Buat skala prioritas dalam keuangan Ramadan
Perencana Keuangan Lolita Setyawati mengungkapkan, mayoritas masyarakat sulit mengatur pengelolaan keuangan. Kesalahan yang sering kali dilakukan saat Ramadan, antara lain tidak membuat perencanaan anggaran dan tidak mencatat pengeluaran, mudah tergoda keinginan, menggunakan sumber dana yang tidak sesuai peruntukkan (misalnya dana darurat), berhutang demi gaya hidup Ramadan, dan tidak membuat skala prioritas.
Sementara saat Ramadan, kita mempunyai beberapa kebutuhan tambahan ataupun pengeluaran khas Ramadan, seperti biaya mudik, zakat, memberikan THR pada yang bekerja dengan kita, memberikan bingkisan baik keluarga maupun kerabat. Banyak faktor yang membuat pengelolaan keuangan melenceng dan harus disiplin membagi antara pos penting, cukup penting dan tidak penting, kata Lolita.
5. Tips mengatur keuangan selama Ramadan
Nah agar keuangan nggak jebol saat Ramadan, sebaiknya kamu membuat perencanaan yang matang, sehingga saat merayakan Idul Fitri penuh dengan suka cita. Karena itu sangat penting untuk membuat daftar prioritas sesuai kebutuhan selama Ramadan. Siapkan dana ekstra untuk kebutuhan tambahan. Buatlah menu sahur dan buka puasa untuk menghindari pembelanjaan makanan yang impulsif.
Karena begitu besar tantangan di bulan Ramadan dan masa pandemi, diharapkan kampanye #RaihIkhlas dan hasil survei pengelolaan keuangan ini dapat membantu masyarakat Indonesia mengatur kelola keuangan lebih baik dan bersemangat menjalani Ramadan yang khidmat.