Brilio.net - Bagi sebagian orang istilah bitcoin mungkin sudah tidak asing lagi. Mata uang baru atau uang elektronik ini merupakan bagian dari sistem mata uang digital cryptocurrency global.
Cryptocurrency atau nilai tukar kripto adalah sebuah aset digital. Di Indonesia, cryptocurrency lebih dikenal sebagai mata uang digital. Berbeda dengan mata uang konvensional, mata uang ini digunakan untuk kebutuhan transaksi secara virtual melalui jaringan internet.
BACA JUGA :
Pabrik sarung tangan kesehatan ini siap dukung pasokan untuk Indonesia
Seiring berjalannya waktu, penggunaan cryptocurrency kini makin dilirik banyak orang. Populix, platform market research rujukan pelaku usaha untuk mencari tahu kebutuhan pasar dengan jutaan responden di Indonesia, melakukan survei tentang cryptocurrency belum lama ini.
foto: Populix
BACA JUGA :
5 Konten viral 'harta karun' yang tak kamu sadari, bisa hasilkan cuan
Dari survei tersebut, Populix menemukan 7 dari 10 orang sudah pernah mendengar tentang cryptocurrency. Populix melakukan questioner terhadap 722 orang responden dengan 70%-nya berdomisili di Jabodetabek. Hasil survei juga menyebut, mayoritas orang yang sudah pernah mendengar tentang cryptocurrency adalah kalangan milenial umur 25-30 tahun dan merupakan masyarakat kelas menengah (middle class) dan atas (upper class).
"Ketertarikan terhadap investasi cryptocurrency cenderung lebih terlihat di kalangan responden laki-laki dibandingkan perempuan. Sementara, 94% responden menyatakan bahwa bitcoin adalah mata uang kripto yang paling sering mereka dengar," tutur Eileen Kamtawijoyo, COO of Populix seperti dikutip dari rilis yang diterima brilio.net, Jumat (30/4).
foto: Populix
Dibandingkan perempuan, investasi mata uang bitcoin memang lebih banyak diminati oleh kalangan laki-laki kelompok usia antara 25-30 tahun. Mereka yang melek bitcoin biasanya juga sudah familier dengan teknologi yang menyertainya.
"Kelompok usia ini cukup cakap dalam memanfaatkan teknologi. Mereka umumnya menggunakan aplikasi trading seperti Indodax, Tokocrypto, Pintu, Bitocto dan Luno," ungkap Eileen.
Anehnya, meski pengetahuan masyarakat perkotaan tentang bitcoin cukup tinggi, ternyata jumlah responden yang tengah berinvestasi cukup rendah. Angkanya hanya sekitar 13% dari total responden.
Bukan tanpa sebab, menurut Eileen, secara umum masyarakat belum siap dengan risiko dari bitcoin yang relatif tinggi. Mayoritas masyarakat memilih reksadana, pasar uang yang tingkat risikonya tergolong rendah.