Lahir dan debut di Spanyol, pemain ini singkirkan tim Matador dari Piala Dunia Qatar

Brilio.net - Piala Dunia 2022 menghadirkan kejutan baru. Tim yang sama sekali tidak diperhitungkan untuk melaju jauh, malah berhasil lolos ke babak 8 perempat final. Tim itu adalah Maroko. Mereka menjadi satu-satunya wakil Afrika yang berhasil lolos pada turnamen di Qatar ini.

foto: Twitter/@AchrafHakimi

Di babak 16 besar, Maroko berhasil mengalahkan Spanyol. Dominasi penguasaan bola Tim Matador, nyatanya berhasil diredam oleh The Atlas Lions sehingga memaksa pertandingan diakhiri dengan babak adu penalti.

Sialnya, dari tiga kali penalti yang diberikan, para algojo Spanyol tak ada satupun yang berhasil mengeksekusi penalti. Sementara Maroko sukses mengeksekusi tiga dari empat penalti. Hingga akhirnya, Achraf Hakimi berhasil jadi pemain yang menentukan kemenangan Maroko lewat tendangan penaltinya dengan teknik panenka.

foto: Twitter/@AchrafHakimi

Momen kemenangan Maroko atas Spanyol di babak 16 besar ini menjadi bahan perbincangan ketika terdapat fakta bahwa ada beberapa pemain Maroko adalah kelahiran Spanyol, memulai karir sepak bolanya di Spanyol, namun memilih Timnas Maroko dan kemudian malah menyingkirkan Spanyol dari pentas sepak bola dunia.

Salah satunya adalah Achraf Hakimi. Pemain yang menjadi pilar penting di Timnas Maroko ini adalah salah satu aktor utama kemenangan The Lions Atlas. Namun, terdapat fakta bahwa pemain yang kini merumput bersama klub Paris Saint-Germain ini adalah anak kelahiran Spanyol.

Nama lengkapnya Achraf Hakimi Mouh, lahir 4 November 1998 di Getafe, Madrid, Spanyol. Dirinya adalah pertama dari tiga bersaudara. Hakimi punya satu saudara laki-laki dan saudara perempuan di bawahnya.

foto: lifeblogger.com

Meski lahir di Spanyol, orang tua Hakimi adalah imigran dari Maroko yang sudah menetap beberapa tahun silam sebelum kelahirannya. Ibu dan ayah Hakimi merantau ke ibu kota Spanyol itu dengan harapan bisa mendapat penghidupan yang lebih baik.

Namun, kerasnya persaingan di kota metropolitan itu membuat ayah dan ibu Hakimi tak bisa berbuat banyak. Profesinya sang ayah hanyalah seorang pedagang kaki lima, sementara ibunya adalah petugas kebersihan. Pendapatan yang tidak seberapa, membuat keluarga mereka sangat jauh dari kata berkecukupan.

Tumbuh di Getafe di pinggiran selatan Madrid, Achraf Hakimi adalah anak muda yang energik. Ibunya sering punya keinginan Hakimi mencoba peruntungannya di bidang atletik, khususnya renang.

Namun, energiknya Hakimi justru tidak ia salurkan di kolam renang. Dirinya lebih senang berlarian di lapangan dengan menggiring bola. Meski awalnya sang ibu tidak terlalu setuju karena sepak bola butuh perlengkapan olahraga yang mahal, akhirnya kemauan Hakimi dituruti juga.

foto: lifeblogger.com

 

 

 

 

 

Hakimi yang cukup menonjol di akademi Deportivo Colonia de Ofigevi dilirik oleh klub muda Real Madrid

Ayah dan Ibu Hakimi akhirnya harus memutar otak mencari penghasilan tambahan demi mendukung cita-cita anaknya di bidang sepak bola. Keduanya berharap usaha mereka tidak sia-sia dan Hakimi berhasil sukses menjadi pesepak bola profesional.

Achraf Hakimi pun dimasukkan akademi lokal bernama Deportivo Colonia de Ofigevi. Di klub ini, ia mulai mengasah pengetahuan dan skillnya dalam bermain bola. Di klub lokal itu juga Achraf Hakimi pertama kali punya pengalaman dalam sebuah turnamen sepak bola.

Karena keseringan mengikuti turnamen, di usia anak, Hakimi jadi cenderung meninggalkan sekolahnya. Orang tua Achraf awalnya tidak menyetujui hal tersebut.

Namun, mereka akhirnya berdamai dengan fakta bahwa Achraf Hakimi telah menemukan tujuan dalam sepak bola. Progressnya di sebagai pemain cukup bagus dan diharapkan Hakimi akan jadi pemain sukses suatu saat nanti.

Harapan itu pun perlahan kenyataan ketika bakat Hakimi yang cukup menonjol di akademi Deportivo Colonia de Ofigevi dilirik oleh klub muda Real Madrid. Klub besar itu berminat untuk merekrut Hakimi masuk ke akademi junior Castilla di usia Hakim yang baru menginjak 8 tahun pada 2006.

foto: lifeblogger.com

Di klub muda Real Madrid, peningkatan skill Hakimi meningkat tajam. Pemain yang berposisi sebagai bek sayap ini semakin terasah kecepatan, dribbling, dan juga pengambilan keputusan dalam setiap pertandingan.

Dirinya juga punya karakter yang kuat sebagai pemain sayap. Dirinya cepat, punya visi bermain bagus, dan punya postur fisik yang cukup tinggi. Sehingga, dirinya mampu menembus skuad senior Real Madrid Castilla pada tahun 2016.

Setahun kemudian, Achraf masuk ke skuat utama Los Blancos di La liga sebagai cadangan dari Dani Carvajal dan Nacho Fernandez. Mengenakan jersey nomor 19, Achraf Hakimi mampu mencetak dua gol untuk klubnya dalam pertandingan La Liga musim 2017/2018.

 

Di musim tersebut juga ia menjadi bagian dari Real Madrid yang berhasil juara Liga Champions Eropa. Hakimi menjadi pemain Maroko pertama yang juara turnamen antar klub yang paling bergengsi tersebut.

Pada 2020, ia diboyong oleh klub Italia yakni Inter Milan.

Hakim kemudian melanjutkan petualangannya sebagai pemain profesional dengan bermain di Borussia Dortmund dengan status pinjaman dari Real Madrid. Pada 2020, ia diboyong oleh klub Italia yakni Inter Milan.

Bermain satu musim bersama Nerazzurri, Hakimi berhasil mengantarkan klub ini juara Serie A. dan pada musim selanjutnya hingga saat ini, dirinya berseragam PSG, klub kaya dari kota Paris, Prancis.

 

Di level timnas, bakat Hakimi sebetulnya sempat dilirik oleh timnas Spanyol. Namun sejak usia muda Hakim telah memilih untuk membela timnas MAroko, negara asal orang tuanya. Dirinya telah membela The Atlas Lions sejak U-20, U-23, hingga senior.

foto: Twitter/@brfootball

Di Timnas senior, sejak debutnya pada 2016, Hakimi telah bermain sebanyak 58 kali dan 8 gol untuk Maroko. Di Piala Dunia 2022 ini, dirinya turut menjadi pilar inti dan mampu membantu Maroko meraih hasil cemerlang.

Setelah berhasil juara grup F, Maroko berhasil menyingkirkan Spanyol di babak 16 besar. Achraf Hakimi menjadi penentu kemenangan setelah berhasil mengeksekusi penalti dengan cara panenka dan kemudian berselebrasi penguin ala Sergio Ramos.

 

Ketika kemenangan sudah diraih Maroko, Achraf Hakimi langsung mendatangi ibunya yang menonton langsung di tribun. Dirinya memeluk sebagai tanda kasih sayang dan terima kasih kepada ibunya yang ia anggap paling berjasa di hidupnya.


(brl/lea)