Sadio Mane, pemain dermawan yang jadi kapten Senegal di Piala Dunia
Brilio.net - Salah satu pemain Piala Dunia yang begitu menginspirasi adalah Sadio Mane. Dirinya adalah sosok pesepak bola berbakat yang berposisi sebagai seorang striker. Kini, di usianya yang sudah menginjak 30 tahun, ia adalah salah satu striker terbaik asal Afrika.
Kariernya di Liga Prancis, Liga Premier Inggris, dan kini Bundesliga, menjadikan Mane adalah striker yang cukup mematikan di Eropa saat ini. Selain itu, Mane juga merupakan striker andalan timnas Senegal yang baru saja menjuarai Piala Afrika pada tahun 2021 lalu.
foto: Twitter/@AfricaFactsZone
Di luar sepak bola, Mane merupakan pribadi yang sangat dermawan. Ketika banyak bintang bola yang hidup mewah dari gajinya yang besar, Mane lebih memilih menyisihkan sebagian hartanya untuk disumbangkan ke pihak yang lebih membutuhkan terutama untuk pembangunan desanya.
Mane lahir pada hari 10 April 1992 di Sedhiou, Senegal. Sadio Mane dibesarkan di desa kecil Bambali, jauh di selatan Senegal. Sebuah desa dengan populasi hanya 24.213 jiwa.
Saat anak-anak, ia tinggal dan diasuh bersama pamannya. Hal tersebut karena orang tuanya sudah memiliki banyak anak dan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara finansial.
"Orang tua saya tidak pernah punya uang untuk menyekolahkan saya," kenangnya Mane dikutip dari brilio.net dari lifeblogeer.com pada Kamis (10/11).
"Setiap pagi dan sore, saya selalu pergi bermain sepak bola dengan teman saya di jalanan. Ketika saya masih muda, saya hanya memikirkan Liga Premier yang saya tonton di TV. Hanya Liga Premier (Inggris). Itu adalah mimpi besar bagi saya," kata Mane.
Mane mengingat dirinya sebagai anak berusia 15 tahun, dirinya banyak berkembang dari sebagai pemain jalanan dengan debu yang penuh di kakinya, karena itu, dirinya tidak punya pengetahuan tentang sepak bola dasar.
foto: lifeblogger.com
"Sejak saya berusia dua atau tiga tahun, saya ingat selalu dengan bola. Saya akan melihat anak-anak bermain di jalan, dan akan bergabung dengan mereka. Begitulah cara saya memulai – hanya di jalan. Ketika saya bertambah tua, saya akan pergi menonton pertandingan, terutama ketika tim nasional bermain. Saya ingin melihat pahlawan saya dan membayangkan diri saya sebagai mereka," kenang Mane.
Inspirasi terbesar Sadio Mane untuk menjadi pesepak bola datang dari kegembiraan besar selama Piala Dunia 2022. Di mana negaranya, Senegal, mencapai perempat final dalam penampilan pertama mereka di turnamen akbar tersebut.
Mengalahkan juara bertahan Prancis dalam pertandingan pembukaan adalah keajaiban yang tidak pernah dia lupakan.
"Setelah Piala Dunia, saya dan teman-teman saya mulai mengadakan turnamen di desa kami, saya semakin bertekad untuk menjadi yang terbaik dan memenangkan setiap pertandingan," kata Mane.
foto: Twitter/@nyannthierry
"Semua orang akan memberitahu saya bahwa saya adalah yang terbaik di desa, tetapi keluarga saya bukan keluarga sepak bola. Mereka besar dalam agama dan menginginkan hal yang berbeda untuk saya," kenang Mane ketika mengingat latar belakang keluarganya.
Keinginan Mane untuk menjadi pemain sepak bola profesional awalnya sempat ditentang oleh keluarganya. Keluarganya yang cenderung miskin, tidak mau neko-neko dan lebih menginginkan Mane untuk fokus mendalami agama. Diketahui Mane dan keluarganya adalah penganut Islam yang taat.
"Ketika mereka dapat melihat bahwa di kepala dan hati saya hanya ada sepak bola, saya mulai meyakinkan mereka, terutama paman saya, untuk membiarkan saya pergi dari desa ke kota setempat untuk belajar lebih banyak sebelum pergi ke Kota Dakar utama, ibu kota negara saya,” kata Mane yang akhirnya mampu meyakinkan keluarganya.
"Pada awalnya, mereka tidak pernah menerimanya, tetapi semakin mereka melihat betapa dia menginginkannya dan bahwa tidak ada yang lain untuknya, mereka membantu saya," lanjut Mane bercerita dikutip dari lifeblogger.com.
Ketika Mane berangkat, Paman dan orang tuanya menjual semua tanaman yang dihasilkan dari pertanian mereka untuk mengumpulkan uang bagi Mane. Selain itu, Bakat Sadio Mane membuat orang-orang di kampungnya ramai-ramai menyumbang untuk bekal Mane ketika hendak merantau ke ibukota, Dakar.
“Paman saya adalah bantuan terbesar, tetapi bukan satu-satunya di awal, hampir semua orang di desa saya menyumbangkan uang untuk saya. Ketika saya pindah ke pinggiran kota Dakar, saya pergi untuk tinggal bersama keluarga yang bahkan tidak saya kenal. Saya hanya menawarkan mereka beberapa uang dan menjelaskan motif saya sebelum mereka mengizinkan saya masuk," kenang Mane.
Ketika sampai di ibu kota, Mane mengikuti seleksi untuk masuk ke sebuah akademi sepak bola bernama Génération Foot. Sebuah akademi yang mengorbitkan pemain-pemain lokal Senegal.
foto: Twitter/@medioclubID
Bakatnya berhasil membuat Mane terpilih masuk dan bahkan tak lama dirinya diboyong oleh seorang pemandu bakat dari Prancis ke negara Menara Eiffel itu. Sadio Mane kemudian direkrut oleh Metz yang bermain di kasta kedua Liga Prancis. Setelah setahun di klub tersebut dengan torehan 22 penampilan dan dua gol, dirinya dilirik oleh klub Austria, RB Leipzig.
Di Red Bull Salzburg, anak kampung ini semakin matang sebagai seorang striker. Pengetahuannya terasah baik teknik, dan juga pengetahuan mengetahui filosofi sepak bola modern. Di klub ini, Mane bermain sebanyak 63 kali dengan 31 gol.
foto: Twitter/@MirrorFootball
Menonjolnya penampilan Mane membuat klub liga Inggris, Southampton meminangnya. Setelah dua tahun main di klub ini, Mane bergabung bersama Liverpool dan di klub inilah ia meraih kesuksesan dan puncak kariernya. Bersama Liverpool, Mane turut memenangkan gelar Liga Premier Inggris, Liga Champions, Piala FA, dan beberapa kali juga meraih penghargaan pemain terbaik.
foto: Twitter/@Football__Tweet
Setelah bermain selama 6 tahun bersama The Reds, Mane kini memperkuat klub raksasa Jerman yakni Bayern Munchen.
Di Timnas Senegal, Mane sudah bermain sebanyak 93 kali dengan torehan 34 gol.
Kesuksesan Mane sebagai superstar, tak lantas membuat dirinya takabur. Gajinya yang tinggi ketika ia dapatkan di Liverpool dan Bayern Munchen, tak lantas membuat dirinya hidup boros, berfoya-foya, dan serba mewah.
foto: Twitter/@imela_christian
Diketahui pada tahun 2019, Mané menyumbangkan £250.000 atau sekitar Rp 4,5 miliar untuk membangun sekolah di kota kelahirannya Bambali, Senegal. Pada tahun 2021, ia menyumbangkan £500.000 atau sekitar Rp 8,9 miliar untuk pembangunan rumah sakit di desanya, Bambali.
foto: Twitter/@AfricaStoryLive
Sadio Mane juga diketahui kerap pulang ke desanya untuk sekadar bermain sepak bola dengan para pemuda setempat di Bambali.
Pada tahun Oktober lalu, Sadio Mane dipilih FIFA sebagai peraih penghargaan Socrates Award. Sebuah penghargaan untuk pesepak bola yang punya dedikasi tinggi terhadap kedermawanan sosial.
foto: Twitter/@infofootdm
(brl/lin)
BACA JUGA :
- Pemain ini bawa negaranya ke Piala Dunia dan hentikan perang saudara
- Kisah Luka Modric: dari pengungsi perang sampai finalis Piala Dunia
- Pernah jadi pemain terbaik dunia, George Weah kini seorang presiden
- Momen lucu di Piala Dunia, dari akting cedera sampai celana melorot
- Tak cuma jago bola, ini daftar pemain Piala Dunia dengan gelar sarjana