false
  1. Home
  2. »
  3. News
28 November 2015 08:10

20 Momen jelang ritual 'pengantin' disembelih di Yogya, serem nggak?

Acara ini awalnya dimulai dari tradisi para pencari batu di pegunungan Batu Gamping agar mereka selamat dan tidak ada bencana. Nafilah

Warga Gamping, Yogyakarta, menggelar acara Saparan Bekakak. Acara ini digelar sebagai bentuk terima kasih masyarakat atas karunia Tuhan. Selain itu, acara tahunan ini juga menjadi sebuah ritus budaya yang mengundang banyak perhatian warga baik dari Gamping maupun luar Gamping

Frans Haryono, Kaur Pemerintah sekaligus ketua panitia Saparan Bekakak menyatakan, acara ini awalnya dimulai dari tradisi para pencari batu di pegunungan Batu Gamping agar mereka selamat dan tidak ada bencana.

"Acara ini sebenarnya digelar untuk mengenang jasa-jasa Kyai Wirosuta sebagai abdi dalem penongsong dari Sultan Hamengkubowono I. Karena pada waktu itu, sesaji diadakan oleh para pencari batu di Pegunungan Batu Gamping," ungkap Frans pada brilio.net, Jumat (27/11).

Lanjut dia, pencarian batu secara tradisional ini dilakukan dengan cara menggali dari bawah sehingga membentuk gua. Gua-gua ini yang digunakan para pekerja untuk istirahat ketika siang. Sayangnya, sering terjadi runtuhan hingga memakan korban. Kyai Wirosuta dan Nyai Wirosuta menjadi korban runtuhan gunung tersebut. Diceritakan, sedihnya Sultan sehingga beliau meminta petunjuk pada Tuhan.

"Dalam meminta petunjuk itu, diceritakan bahwa supaya dalam setiap membuat sesaji harus ditambah sepasang bekakak (miniatur sepasang pengantin yang dibuat dari tepung beras). Bekakak itu terbuat dari tepung beras Jawa dan beras ketan, yang dalamnya ada bambu diisi dengan air gula kelapa dikasih warna merah, yang nanti disembelih seolah-olah sebagai darah," terang Frans.

Dia mengungkapkan acara ritual sesaji ini berkembang menjadi ritus budaya yang menarik perhatian masyarakat. Meski kini profesi pencari batu sudah tidak ada lagi di Gamping karena memang persediaannya habis, upacara ini terus digelar. Kini, upacara Saparan Bekakak lebih sebagai ucapan syukur warga Gamping pada Tuhan dan sebagai produk wisata.

Dalam Saparan Bekakak tahun ini, sekira 45 kelompok mengikuti kirab. Kelompok ini berasal dari 13 Dusun di Desa Ambarketawang dan juga dari desa lain yang ingin berpartisipasi.

"Sekitar 45 kelompok ikut kirab dari 13 dusun dan desa lain yang ikut juga. Saya senang karena masyarakat seluruh Ambarketawang bisa ikut kegiatan ini. Di samping itu, juga memberi kesempatan pada desa tetangga yang ikut juga, banyak juga yang ikut," pungkas Frans Haryono.

Nah berikut foto-foto kemeriahan acara Saparan Bekakak.

© 2015 brilio.net

1. Di lapangan Ambarketawang juga diramaikan dengan gamelan dari warga.

© 2015 brilio.net

2. Ogoh-ogoh yang dibuat warga.

© 2015 brilio.net

3. Frans Haryono sebelum acara dimulai menyempatkan menyapa wartawan.

© 2015 brilio.net

4. Ada juga peserta dari sekolah.

© 2015 brilio.net

5. Panitia berbaju merah yang siap memulai acara.

© 2015 brilio.net

6. Rombongan warga berbondong-bondong menuju lapangan Ambarketawang.

© 2015 brilio.net

7. Barisan prajurit dengan genderang.

© 2015 brilio.net

8. Duh, Mbaknya nggak pakai sendal jadi kepanasan.

© 2015 brilio.net

9. Peserta kirab dari barisan remaja putri dari salah satu dusun.

© 2015 brilio.net

10. Rombongan kirab dari Bregodo Wirosobo.

© 2015 brilio.net

11. Terdiri dari berbagai usia, peserta kirab memadati jalan raya.

© 2015 brilio.net

12. Beberapa anak kecil ikut senang berpartisipasi.

© 2015 brilio.net

13. Dari Paguyuban Pedagang Pasar Gamping membawa gunungan sayur dan buah.

© 2015 brilio.net

14. Meski matahari tengah terik-teriknya, mereka tetap semangat.

© 2015 brilio.net

15. Ayo Pak, kejar yang di depan!

© 2015 brilio.net

16. Ibu ini nggak ngantuk, cuma kebetulan pas merem saja. Mereka membawa saji-sajian untuk kirab.

© 2015 brilio.net

17. Berjalan penuh semangat para prajurit muda ini.

© 2015 brilio.net

18. Wayang Updet dari Gamping Tengah Gumregah.

© 2015 brilio.net

19. Para pemuda ini semangat, menampilkan sosok wayang dengan naga.

© 2015 brilio.net

20. Rombongan pemuda dan anak-anak dengan ogoh-ogoh yang sangat besar.


SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags