Brilio.net - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA akhirnya merilis ada total 6 isu dan program populer selama dua bulan pertama masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Survei LSI Denny JA itu bertema Dua Bulan Kampanye: Pertarungan Program dan Isu.
Survei ini dilakukan sejak tanggal 10-19 November 2018. Survei tersebut melibatkan sebanyak 1.200 responden dan menggunakan metode wawancara secara langsung menggunakan kuisioner dengan tingkat margin of error survei plus minus 2,9 persen.
BACA JUGA :
10 Adu aksi gaya blusukan Ma'ruf Amin & Sandiaga Uno jelang Pilpres
"Berdasarkan survei kami, terdapat enam isu atau program yang populer selama dua bulan kampanye Pilpres," kata peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar di Jakarta, Kamis (6/12).
Menurutnya isu atau program yang populer adalah isu atau program yang memiliki tingkat pengenalan atau diketahui publik 50 persen serta memiliki tingkat kesukaan atau ketidaksukaan di atas 60 persen. Semakin publik mengetahui suatu isu atau program serta semakin publik menyukai atau tidak menyukai suatu isu atau program, maka akan semakin populer. Berikut hasil survei LSI Denny JA dihimpun brilo.net dari Antara:
Ini isu dan program yang disukai lebih dari 60 persen responden. Keenam isu ini karena populer memiliki efek elektoral.
BACA JUGA :
5 Alasan Titiek Soeharto sebut lebih enak zaman Soeharto
3 isu yang disukai responden
1. Penyelenggaraan Asian Games (96,5 persen).
2. Kunjungan Presiden Jokowi kepada korban gempa dan tsunami Palu (93, 7 persen).
3. Kunjungan Jokowi ke korban gempa Lombok (94, 5 persen).
3 isu yang tidak disukai responden
1. Hoaks Ratna Sarumpaet (89,5 persen).
2. Nilai tukar Dollar 15 ribu (84,3 persen).
3. Pembakaran bendera HTI (83, 6 persen).
Sedangkan isu atau program yang sempat mengemuka seperti tampang Boyolali, Prabowo kunjungi korban gempa Lombok, Prabowo tidak akan impor, rapat tahunan IMF, New Prabowo, politik sontoloyo, Yusril pengacara Jokowi-Ma'ruf tidak masuk kategori populer. Hal itu lantaran tingkat pengenalan responden terhadap isu-isu ini berada di bawah 50 persen dan mayoritas di antara isu itu memiliki tingkat disukai atau tidak disukai publik dibawah 60 persen.