Brilio.net - Jika terpilih menjadi Presiden 2019-2024, Jokowi harus membentuk kabinet. Ia memiliki hak prerogatif untuk memilih menterinya. Masih menjadi rahasia siapa yang akan dipilih oleh Jokowi kelak.
Mengenai kabar pemilihan menteri ini, Jokowi telah membicarakan niatnya menunjuk menteri dari kalangan anak muda. Hal itu disampaikan Jokowi saat bertemu para sekjen parpol Koalisi Indonesia Kerja di restoran Heritage, Menteng, 28 April lalu.
BACA JUGA :
Ingin Lebaran dengan keluarga, Ahmad Dhani minta dipindah Jakarta
Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate mengatakan, Jokowi meminta pendapat sejumlah elite koalisi terkait rencana menunjuk menteri dari kalangan milenial.
"Saat di Heritage itu diskusi, generasi muda itu masuk (jajaran menteri) akan bagus juga. Dan mereka punya kompetensi era mereka," kata Johnny seperti dikutip dari merdeka.com, Selasa (14/5).
"Semuanya berpandangan, kami sekjen-sekjen berpandangan begitu. Tapi tetap Pak Jokowi, Pak Jokowi itu ingin mendengar apa respons itu," tambah Johnny.
BACA JUGA :
WhatsApp dikabarkan diretas, ini yang harus segera kamu lakukan
Nasdem setuju dengan Jokowi untuk menarik anak muda ke dalam kabinet. "Kami pun tertarik dan dukung untuk para menteri yang muda yang segar yang punya perspektif Indonesia masa depan yang energik itu tentu dengan dukungan proses politik," jelas Johnny.
Johnny mengatakan, Nasdem memiliki sejumlah tokoh muda dan kader perempuan yang berkompeten masuk dalam kabinet. Namun, Nasdem tak mau buru-buru menyodorkan nama.
"Kami Nasdem menghormati hak prerogatif presiden dan diserahkan ke Pak Presiden dalam arti keputusan anggota kabinet, Pak Presiden itu mempertimbangkan banyak hal," kata Johnny.
Juru Bicara Kepresidenan, Johan Budi Sapto Pribowo menyatakan, Jokowi selaku presiden selalu mengevaluasi kinerja menteri, sehingga adanya reshuffle kabinet dalam waktu dekat mungkin saja terjadi.
"Kalau sampai lebaran saya kira tidak ada. Saya tidak tahu setelah lebaran, kemungkinan itu bisa saja. Di awal saya sampaikan bahwa Pak Presiden melihat atau me-review ke belakang untuk reshuffle selalu didahului evaluasi Pak Presiden dengan menterinya, dan tidak dilakukan dalam satu termin waktu tertentu," tutur Johan.
Menurutnya, reshuffle ini bisa dilakukan karena adanya pertimbangan kinerja dan hal lainnya oleh Jokowi. Ia menegaskan bahwa Jokowi selalu memeriksa kembali hal apa saja yang telah dikerjakan oleh menterinya.
Johan menyatakan, Jokowi juga tidak melihat kapan periode pertama seorang menteri berakhir. Sehingga, reshuffle ini bisa dilakukan setiap saat.
"Evaluasi itu dilakukan setiap saat, dan Pak Presiden Jokowi selalu cross check kinerja pembantunya kepada semua pihak. Dalam kunjungan kerja, beliau juga bertanya kepada rakyat soal kinerja menteri," jelas Johan.
"Ketika Pak Presiden melihat kinerja menterinya tidak perform, bisa diganti sewaktu-waktu, dan (juga kalau) menterinya tersangkut hukum," imbuh Johan.