Brilio.net - Salah satu teks populer yang sering ditemukan di berbagai platform adalah teks anekdot yang lucu dan bikin nyengir. Anekdot merupakan rangkaian kalimat yang berisi cerita lucu.
Sebelum adanya internet, teks anekdot biasanya ditulis di koran, majalah, atau buletin. Setelah masifnya teknologi digital, anekdot kini sering diposting di media sosial, atau website-website tertentu.
BACA JUGA :
11 Contoh teks inspiratif tentang lingkungan sekolah, lengkap, sederhana, dan mudah dipahami
Meskipun lucu, anekdot biasanya mengandung pesan tersirat maupun tersurat yang ingin disampaikan pada objek tertentu. Kamu yang mungkin suka hal-hal yang berbau komedi bisa mencari contoh teks anekdot untuk dijadikan caption media sosial atau sekadar untuk bacaan hiburan.
Salah satu yang bisa kamu cari di internet adalah contoh teks anekdot bahasa Jawa tema politik. Di musim politik, biasanya beberapa orang mencari sesuatu yang lebih segar daripada sekadar debat kusir perihal politik.
Nah, contoh teks anekdot dalam bahasa Jawa tema politi, kadangkala memiliki sindiran halus atau metafora yang menggambarkan situasi politik dengan cara yang humoris.
BACA JUGA :
Contoh proposal kegiatan perpisahan sekolah, lengkap dengan penjelasannya
Teks anekdot bahasa Jawa tema politik berisi cerita lucu dalam bahasa Jawa yang bisa menjadi hiburan yang menyenangkan. Berikut adalah contoh teks anekdot dalam bahasa Jawa beserta artinya.
Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Rabu (8/11), berikut ini 13 contoh teks anekdot bahasa Jawa tema politik, singkat dan jenaka cocok untuk status media sosial.
Contoh teks anekdot bahasa Jawa tema politik.
foto: freepik.com
1. "Wong politik iku layang-layang, ngono to, gak bakal ndandani rakyat seko bawah kalire, tapi duduk lan tiba-tiba njebul soko."
Artinya: "Politik itu seperti layang-layang, begitu, tidak akan memperbaiki kondisi rakyat dari bawah, tapi duduk dan tiba-tiba terbang ke atas."
2. "Aku denger kabar, politik koyok bumbu pecel. Nggih, yo, kene-kene kalah lan ngono, tapi malah entek karo petis."
Artinya: "Saya dengar kabar, politik seperti bumbu pecel. Ya, di sana-sini ada dan begitu, tapi malah tercampur dengan petis."
3. "Sakjane politik iku kaya jagad lan alam. Yo ngono, ana sinare sing mripat iki, mung bisa keri kang bebarengan."
Artinya: "Sebenarnya politik seperti alam semesta. Ya begitu, ada banyak hal di dalamnya, tapi sulit dijelaskan dengan singkat."
4. "Wong politik iku koyok mlebu taman. Saka ning taman, metu, njuk lungguh ditempatke sing kedelok."
Artinya: "Politik itu layaknya masuk taman. Dari dalam taman, keluar, lalu duduk ditempatkan yang dilihat."
5. "Pemimpin iki kudune koyok kyai seng tulungi wong kabeh, nggih, kok malah saiki yen dadine malah kesempitan kabeh, kayak aku yo!"
Artinya: "Pemimpin ini seharusnya seperti kiai yang membantu semua, ya, tapi sekarang malah menjadi kesulitan semua, seperti saya juga!"
Contoh teks anekdot bahasa Jawa tema politik.
foto: freepik.com
6. "Politik iku kaya mbledos. Yo ngono, nang awal tansah mbleketeke, pas didelok, ora kabeh sing ndelok keberatan karo kesel."
Artinya: "Politik seperti petasan. Ya begitu, awalnya meledak, begitu dilihat, tidak semua yang melihat merasa terganggu."
7. "Pemimpin iki kaya kentongan. Yen dipegang arane pancen tenanan, tapi coro ditabuh, ora ora ngono!"
Artinya: "Pemimpin ini seperti kentongan. Jika dipegang memang nyata, tapi pas dipukul, tidak sesuai!"
8. "Politik iku kaya wayang kulit. Ono dalang sing muter, tapi pas didelok, banjur sing dadi raksasa!"
Artinya: "Politik seperti wayang kulit. ada dalang yang memainkan, tapi jika dilihat, malah yang jadi raksasa!"
9. "Wong politik koyok wong poso suwe. Pas madhang ora tau wareg."
Artinya: "Orang politik seperti orang yang puasa lama. Pas makan nggak pernah kenyang."
Contoh teks anekdot bahasa Jawa tema politik.
foto: freepik.com
10. "Pemimpin iki kaya tukang kredit. Nggih, takon mas? Tansah menehi janji manis, tapi lek nganti waktune ngono, ora padha nyedak!"
Artinya: "Pemimpin ini seperti tukang kredit. Ya, apa kabar? Selalu memberikan janji manis, tapi ketika sudah waktunya, tidak terlaksana!"
11. "Politik iki kaya dalang. Nggih, yo, ana cerito-cerito sing dibawani, tapi sing nang ngisor, ora padha ngerteni!"
Artinya: "Politik seperti dalang. Ya, ada cerita yang disuguhkan, tapi yang di bawah, tidak semuanya dipahami!"
12. "Pemimpin iki kaya becak. Nggih, yo, tekan mas, padha dadi tukang angkut rakyat, tapi ndelok, ora duwe lampu rem!"
Artinya: "Pemimpin ini seperti becak. Ya, dari luar, seakan menjadi tukang angkut rakyat, tapi dilihat, tidak memiliki lampu rem!"
13. "Rakyat pancen duwe wewenang!" kata pemimpin. "Lha yo, rakyat iku kudu duwe saka aturan!" sapa warga.
Artinya: "Rakyat memiliki kewenangan!" kata pemimpin. "Ya, tetapi rakyat harus mengikuti aturan!" sahut warga.