Brilio.net - Menjadi bagian dari generasi sandwich memang bukan hal yang mudah. Sebagai anak bungsu sekaligus tulang punggung keluarga, Kaluna dalam film Home Sweet Loan menggambarkan pergulatan batin yang akrab bagi mereka yang berada di posisi serupa.
Tekanan hidup yang datang bertubi-tubi, baik dari sisi finansial maupun tanggung jawab keluarga, membuat Kaluna harus berjuang keras untuk bertahan. Kesehatan mental menjadi taruhannya saat generasi sandwich ini bergulat dengan kehidupannnya sebagai tulang punggung keluarg.
BACA JUGA :
Curhat bahagia generasi sandwich pamer saldo tabungan tak seberapa usai 11 tahun jadi tumpuan keluarga
Namun, perjalanan emosional Kaluna mengajarkan satu hal penting, menjaga kesehatan mental tetap menjadi prioritas utama. Film ini tidak hanya menyentuh sisi emosi, tapi juga memberikan gambaran realistis tentang bagaimana Kaluna menemukan cara untuk bertahan. Tidak selalu tentang menjadi kuat sepanjang waktu, namun juga belajar beristirahat dan merawat diri.
Bagi kamu yang merasa berada di situasi yang sama, pelajaran dari karakter Kaluna bisa menjadi panduan dalam menjalani peran sebagai sandwich generation. Yuk, simak lima cara bijak ala Kaluna untuk menjaga kesehatan mental sebagai generasi sandwich seperti brilio.net himpun dari berbagai sumber, Jumat (11/10).
1. Kenali apa yang bikin stres dan cari solusi.
BACA JUGA :
Skena adalah istilah gaul anak muda, pahami pengertian sebenarnya agar tak keliru
foto: freepik.com/pch.vector
Sebagai sandwich generation, stres bisa muncul dari berbagai sudut kehidupan. Tanggung jawab finansial, tuntutan pekerjaan, hingga harapan dari keluarga sering kali menjadi pemicu. Kaluna, meski sudah mandiri, harus tetap tinggal bersama keluarganya dan menerapkan gaya hidup hemat.
Dia juga menghadapi tekanan tambahan karena keinginannya untuk membeli rumah sendiri, yang awalnya muncul sebagai cara untuk kabur dari masalah rumah tangga. Namun, perjalanan Kaluna menunjukkan bahwa lari dari masalah bukanlah solusinya.
Mengenali sumber stres adalah langkah awal yang penting. Kaluna akhirnya menyadari bahwa kunci untuk mengelola stres bukan hanya dengan menjauh dari situasi, melainkan belajar untuk berdamai dengan kondisi tersebut.
Alih-alih terus memendam beban, Kaluna mulai berbagi keluh kesahnya dengan orang-orang terdekat. Ini membantunya mengurangi tekanan mental yang selama ini ia rasakan, karena stres yang dipendam sendiri justru bisa memperburuk situasi.
2. Bicara terbuka soal kondisi keuangan ke keluarga.
Sebagai tulang punggung keluarga, kamu tentu ingin memberikan yang terbaik. Namun, penting untuk ingat bahwa kamu bukan superhero yang harus selalu menyelesaikan semua masalah sendiri.
Kaluna, dalam kisahnya, juga menunjukkan bahwa keterbukaan adalah kunci penting. Ia harus berani jujur tentang kondisi finansial yang dihadapinya, terutama ketika masalah keuangan mulai terasa semakin berat.
Kaluna akhirnya belajar bahwa tidak apa-apa untuk mengatakan "tidak" atau meminta bantuan ketika kamu memang tidak mampu. Saat kamu tidak sanggup membayar semua tagihan atau memenuhi kebutuhan keluarga, kamu berhak untuk berbicara. Komunikasi terbuka ini bisa menciptakan ruang bagi anggota keluarga lain untuk ikut bertanggung jawab, meskipun mungkin tidak semuanya bisa memberikan bantuan yang diharapkan.
3. Sempatkan waktu untuk merawat diri.
foto: freepik.com/stockking
Salah satu pelajaran terbesar yang bisa diambil dari kisah Kaluna adalah pentingnya merawat diri sendiri. Dalam perjalanannya, Kaluna sering mengesampingkan keinginannya sendiri demi orang lain.
Sesimpel menikmati makanan kesukaannya pun kerap ia abaikan. Namun, seiring waktu, Kaluna belajar bahwa merawat diri tidak harus mahal atau mewah, tapi justru sederhana dan bisa dilakukan dengan hal-hal kecil yang memberikan kebahagiaan.
Merawat diri adalah bagian penting dari menjaga kesehatan mental. Entah itu dengan menikmati segelas kopi favorit atau menonton film kesukaan, memberikan waktu untuk diri sendiri adalah bentuk penghargaan atas kerja keras yang sudah kamu lakukan. Kaluna menemukan bahwa dengan merawat diri, ia menjadi lebih siap dan ikhlas dalam menghadapi tanggung jawab lainnya.
4. Cari dukungan dari orang terdekat.
Terkadang, peran sebagai sandwich generation bisa membuat kamu merasa terisolasi. Kamu mungkin terlalu sibuk mengurus keluarga sehingga jarang memiliki waktu untuk berkumpul dengan teman-teman atau orang-orang yang kamu sayangi. Kaluna juga menghadapi situasi serupa, di mana ia merasa terjebak dalam rutinitas yang menyita banyak waktu dan tenaga. Namun, akhirnya, ia menyadari bahwa membuka diri dan mencari dukungan dari orang lain adalah langkah yang sangat penting.
Dukungan emosional bisa datang dari teman, sahabat, atau komunitas yang memahami kondisi kamu. Jangan ragu untuk berbagi perasaan dan tantangan yang kamu hadapi. Kaluna juga belajar bahwa banyak orang di sekitarnya yang peduli dan siap memberikan dukungan, meskipun awalnya ia merasa sendirian. Dukungan ini bukan hanya meringankan beban, tetapi juga memberikan perspektif baru yang lebih positif dalam menghadapi masalah.
5. Ubah pola pikir dari merasa "terbebani" jadi "beruntung".
foto: freepik.com/cookie_studio
Menjadi sandwich generation memang sering kali dianggap sebagai beban. Tanggung jawab finansial dan emosional yang besar bisa membuat kamu merasa terhimpit. Namun, Kaluna mengajarkan kita untuk mengubah sudut pandang terhadap peran ini. Alih-alih melihatnya sebagai beban, Kaluna belajar melihat posisinya sebagai suatu bentuk privilege.
Dengan perannya, Kaluna bukan hanya bisa membantu keluarganya, tapi juga menjadi pribadi yang lebih kuat dan mandiri. Privilege ini juga memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, karena melalui peran sebagai tulang punggung, kamu belajar banyak hal, termasuk bagaimana mengelola keuangan, membangun relasi yang sehat, dan menjaga kesehatan mental. Ketika kamu mulai melihat peran ini sebagai suatu kehormatan, tekanan yang kamu rasakan akan berkurang, digantikan dengan rasa syukur atas kemampuan untuk membantu orang-orang terdekatmu.
Menjadi generasi sandwich memang bukan perjalanan yang mudah, tapi dengan cara yang bijak seperti yang ditunjukkan Kaluna, kamu bisa tetap menjaga keseimbangan antara tanggung jawab dan kesehatan mental. Ingat, merawat diri bukanlah bentuk egoisme, melainkan langkah penting agar kamu bisa terus memberikan yang terbaik bagi dirimu sendiri dan orang lain.