Brilio.net - Film Home Sweet Loan yang disutradarai Sabrina Rochelle Kalangie mengangkat kisah Kaluna, seorang pekerja kantoran berusia 30-an tahun yang bermimpi punya rumah sendiri. Kaluna, diperankan oleh Yunita Siregar, hidup bersama keluarga besarnya dalam rumah yang terasa sempit dan penuh sesak. Meski bekerja keras, Kaluna harus menghadapi berbagai tantangan finansial dan tanggung jawab keluarga yang membuatnya merasa terbebani.
Sebagai generasi sandwich, Kaluna berada di posisi sulit antara merawat orang tua dan mengejar mimpi pribadinya. Dia sering harus mengorbankan keinginannya sendiri demi kebutuhan keluarga, bahkan menjadi tulang punggung yang menanggung berbagai urusan rumah tangga. Namun, perjalanan Kaluna dalam film ini menunjukkan bagaimana dia belajar mengubah sudut pandangnya terhadap peran yang diembannya.
BACA JUGA :
5 Cara berdamai jadi generasi sandwich ala Kaluna 'Home Sweet Loan', biar kesehatan mental terjaga
Meski awalnya merasa terhimpit dan putus asa, Kaluna perlahan-lahan menemukan cara untuk melihat sisi positif dari situasinya. Dia mulai menyadari bahwa posisinya sebagai generasi sandwich bukan hanya beban, tapi juga kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Kaluna belajar bahwa dengan mengubah pola pikirnya, dia bisa menemukan kebahagiaan dan rasa syukur di tengah kesulitan.
Film ini tidak hanya menggambarkan perjuangan Kaluna, tapi juga memberikan inspirasi bagi banyak orang yang mungkin berada dalam situasi serupa. Melalui perjalanan Kaluna, penonton diajak untuk merefleksikan bagaimana menghadapi tantangan hidup dengan lebih bijak dan positif.
Berikut adalah 5 cara Kaluna mengubah mindsetnya dari merasa terbebani menjadi beruntung sebagai generasi sandwich, dihimpun brilio.net dari berbagai sumber pada Senin (14/10).
BACA JUGA :
Cara bikin catatan keuangan ala Kaluna ‘Home Sweet Loan’ di spreadsheet, pengeluaran lebih terkontrol
1. Kenali sumber stres dan cari solusi.
Kaluna awalnya merasa sangat tertekan dengan kondisi rumahnya yang sesak dan tanggung jawab finansial yang berat. Dia bahkan sempat berpikir untuk "kabur" dengan membeli rumah sendiri sebagai jalan keluar. Namun, Kaluna akhirnya menyadari bahwa lari dari masalah bukanlah solusi yang tepat.
Alih-alih terus memendam beban, Kaluna mulai belajar untuk mengidentifikasi sumber stresnya dan mencari cara yang lebih konstruktif untuk mengatasinya. Dia mulai berbagi keluh kesahnya dengan orang-orang terdekat, yang ternyata membantu mengurangi tekanan mental yang selama ini dia rasakan. Kaluna menemukan bahwa dengan membuka diri, dia tidak hanya mendapatkan dukungan emosional, tapi juga perspektif baru dalam memandang masalahnya.
2. Komunikasi terbuka dengan keluarga.
Salah satu pelajaran penting yang dipetik Kaluna adalah pentingnya komunikasi terbuka, terutama mengenai kondisi keuangan. Awalnya, Kaluna cenderung menyimpan semua beban finansial sendiri, merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan semua masalah tanpa melibatkan anggota keluarga lain.
Namun, seiring berjalannya waktu, Kaluna belajar untuk jujur tentang keterbatasannya. Dia mulai berani mengatakan "tidak" ketika memang tidak mampu memenuhi semua kebutuhan keluarga. Keterbukaan ini ternyata membuka ruang bagi anggota keluarga lain untuk ikut bertanggung jawab dan saling membantu.
3. Prioritaskan self-care.
Dalam kesibukannya mengurus keluarga dan pekerjaan, Kaluna sering melupakan kebutuhannya sendiri. Dia bahkan jarang menikmati makanan kesukaannya karena selalu mengutamakan kebutuhan orang lain. Namun, Kaluna akhirnya menyadari bahwa merawat diri sendiri bukanlah hal yang egois, melainkan penting untuk menjaga kesehatan mentalnya.
Kaluna mulai menyisihkan waktu untuk hal-hal sederhana yang memberinya kebahagiaan, seperti menikmati secangkir kopi favoritnya atau menonton film yang dia sukai. Kaluna belajar bahwa dengan merawat diri, dia justru menjadi lebih siap dan ikhlas dalam menghadapi tanggung jawabnya sebagai generasi sandwich.
4. Bangun sistem dukungan.
Awalnya, Kaluna merasa terisolasi dan sendirian dalam menghadapi masalahnya. Rutinitas yang padat membuatnya jarang memiliki waktu untuk bersosialisasi atau mencari dukungan dari orang lain. Namun, Kaluna akhirnya menyadari betapa pentingnya memiliki sistem dukungan yang kuat.
Kaluna mulai membuka diri dan mencari dukungan dari teman-teman dan memiliki kekasih yang memahami kondisinya. Dia belajar bahwa berbagi perasaan dan tantangan yang dihadapi tidak hanya meringankan beban, tapi juga memberinya perspektif baru yang lebih positif. Dukungan ini membantu Kaluna merasa tidak sendirian dan lebih kuat dalam menghadapi perannya sebagai generasi sandwich.
5. Ubah sudut pandang: dari Beban menjadi kesempatan.
Perubahan paling signifikan dalam mindset Kaluna adalah caranya memandang perannya sebagai generasi sandwich. Awalnya, dia melihat tanggung jawabnya sebagai beban yang membuatnya merasa terhimpit. Namun, seiring waktu, Kaluna mulai melihat posisinya sebagai suatu bentuk "privilege" atau kesempatan istimewa.
Kaluna menyadari bahwa dengan perannya, dia tidak hanya bisa membantu keluarganya, tapi juga menjadi pribadi yang lebih kuat dan mandiri. Dia mulai melihat bahwa tantangan yang dihadapinya telah mengajarkan banyak hal berharga, seperti mengelola keuangan dengan bijak, membangun relasi yang sehat, dan menjaga kesehatan mental di tengah tekanan. Perubahan sudut pandang ini membuat Kaluna merasa lebih bersyukur dan mampu menikmati perannya dengan lebih positif.