Brilio.net - Momen hari raya Idul Adha atau Iduladha menjadi salah satu momen yang paling ditunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Gema takbir berkumandang di tiap masjid, bahkan ada pula yang berkeliling memeriahkan malam takbir hari raya. Namun, di tengah kasus pandemi Covid-19 yang masih tinggi seperti sekarang, masyarakat diharapkan untuk di rumah saja untuk menjaga kesehatannya.
Selain itu, peraturan pemerintah terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat sebagai usaha pemerintah menekan kasus, mesti dipatuhi. Termasuk tidak diperbolehkannya takbir keliling dan salat ied berjamaah di masjid. Semua kegiatan diharapkan dilakukan di rumahnya masing-masing.
BACA JUGA :
Ngobrol bareng Gus Muwafiq soal pandemi, Cak Nun, dan ustaz karbitan
Salah satu momen yang bisa dilakukan saat Iduladha adalah membaca buku bertema Islam atau buku religi. Buku bisa jadi menjadi penghilang bosan di tengah pekerjaan yang dapat dikerjakan di rumah, atau yang sedang isolasi mandiri, tetapi juga tidak menghilangkan suasana hari raya Iduladha. Penasaran buku apa saja?
Dihimpun brilio.net dari berbagai sumber pada Selasa (20/7), berikut 5 rekomendasi buku Islam atau buku religi yang cocok dibaca waktu iduladha. Bukan melulu soal ayat-ayat, tapi buku ini justru 'menampar' kita tentang bagaimana seharusnya esensi Islam yang sesungguhnya.
BACA JUGA :
Daur, empat buku terbaru karya Cak Nun yang wajib kamu baca
1. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan AL-QUR'AN dan Hadits-Hadits Shahih.
foto: goodreads
Buku ini tulis M Quraish shihab, seorang ulama tafsir di Indonesia. Buku ini berisi tentang sejarah Nabi Muhammad Saw dengan beragam peristiwa yang melingkupinya dari kacamata tafsir Alquran dan hadis-hadis.
Yang menarik dari buku ini, isinya mencoba untuk mengonfirmasi berbagai cerita, kisah-kisah sehingga menjadi alat seleksi untuk sumber manakah yang lebih kuat. Oleh karena itu, pembaca sejarah Nabi Muhammad SAW tak bisa melewatkan buku ini begitu saja.
2. Tuhan Ada di Hatimu.
foto: goodreads
Husein Ja'far Al Hadar merupakan pendakwah muda yang saat ini digemari karena penyampaiannya selalu ringan dan penuh canda. Dalam buku ini, Husein Ja'far Al Hadar menuliskan banyak persoalan-persoalan anak muda seperti hijrah, bagaimana akhlak menurut Islam, dan bahkan Islam itu sendiri.
Ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti, buku ini menjadi salah satu rujukan yang cocok bagi anak muda.
3. Jangan Terlalu Berlebihan dalam Beribadah hingga Melupakan Hak-hak Tubuh.
foto: Instagram/@iyigbookstore
Jangan Terlalu Berlebihan dalam Beribadah hingga Melupakan Hak-hak Tubuh merupakan buku terbaru dari Nur Hasan, penulis asal Pati. Buku ini berisi kisah-kisah inspiratif dari dunia Islam, seperti cerita nabi-nabi, para wali, ulama hingga cerita tentang orang shalih. Kisah-kisah tersebut dikemas dengan cara sederhana dan mudah dipahami.
4. Tuhan Yang Tersembunyi: Renungan dari Balik Aksara.
foto: Instagram/@jualbukusastra
Tuhan Yang Tersembunyi: Renungan dari Balik Aksara awalnya merupakan esai-esai yang ditulis oleh Hairus Salim di sebuah situs web pada Ramadan 2018. Setahun kemudian, esai-esai tersebut akhirnya dibukukan.
Buku ini berisi amatan refleksi Hairus Salim terhadap karya sastra yang dibacanya. Baginya, sastra bukan sekadar bacaan semata, melainkan juga bertindak sebagai dokumentasi sosial atas sebuah masyarakat yang ditulisnya. Selain itu, buku ini tampak lebih Islami dan penuh dengan perenungan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
5. Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya: Kisah Sufi dari Madura.
foto: Instagram/@jalantengahstore
Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya: Kisah Sufi Dari Madura hadir sebagai esai sastrawi yang menceritakan tokoh kunci bernama Cak Dlahom. Dalam buku yang ditulis oleh Rusdi Mathari ini, Cak Dlahom digambarkan sebagai seorang Madura yang polos, tetapi sarat dengan nasihat-nasihat filosofis.
Ia sering kali menyindir tetangga yang cukup makan, sementara tetangga yang lain hampir mati kelaparan. Ada pula saat Cak Dlahom mengamati orang-orang yang suka berhaji. Baginya, banyak orang suka berhaji hanya karena ingin disebut sebagai pak haji, bukan karena haji adalah panggilan Allah untuk memenuhi Rukun Islam yang kelima.