Brilio.net - Peribahasa adalah ungkapan yang mengandung makna kiasan, sindiran, nasihat, maupun hikmah. Peribahasa biasanya digunakan untuk memperindah bahasa, menyampaikan pesan, atau menegur seseorang. Pada prinsipnya sebuah peribahasa bisa mencerminkan kearifan, kebudayaan, dan nilai-nilai suatu masyarakat.
Salah satu kebudayaan masyarakat yang kaya akan peribahasa adalah masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa memiliki banyak peribahasa yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan, seperti keluarga, pekerjaan, persahabatan, cinta, moral, dan sebagainya. Ya bisa dibilang, peribahasa Jawa juga memiliki keunikan tersendiri dalam penyampaian serta pemilihan katanya.
BACA JUGA :
45 Contoh kata baku dan tidak baku ini sering dipakai tapi ternyata keliru
Namun, terkadang banyak orang yang kurang memahami arti dan makna dari peribahasa Jawa. Bisa jadi kamu mungkin sering mendengar atau bahkan sering membaca peribahasa Jawa, tapi tidak tahu apa maksudnya. Selain itu, kamu mungkin ingin menggunakan peribahasa Jawa, tapi tidak tahu kapan dan bagaimana cara menggunakannya.
Apabila hal itu jadi kendalamu, nggak perlu khawatir lho. Pasalnya pada artikel ini brilio.net akan memberikan beberapa contoh peribahasa Jawa dan artinya, yang bisa kamu gunakan sebagai bahan belajar maupun referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan bahasa dan budaya Jawa. Simak selengkapnya di bawah ini! Dirangkum dari berbagai sumber pada Rabu (24/1)
BACA JUGA :
55 Contoh kata metafora, ketahui ciri-ciri dan jenisnya
Peribahasa Jawa dan artinya, mengandung nasehat.
foto: freepik.com
1. Ora ono sing njawani, ora ono sing ngangkani. (Tidak ada yang menghina, tidak ada yang membanggakan.)
2. Aja ngguyu, aja lungguh. (Jangan terlalu ragu, jangan terlalu percaya diri.)
3. Urip iku urup, ora ngiro meneng. (Hidup itu bagai lilin, tidak selalu lurus.)
4. Yen pancen ora ngucap, yo pancen ora seneng. (Jika tidak diucapkan, maka tidak akan tahu.)
5. Wedi rabi, ojo wedi kang mas. (Bersyukurlah dengan apa yang sudah ada, jangan selalu mencari yang lebih.)
6. Turu miring, gawe ora mringis. (Meski dalam kesulitan, tetap semangat bekerja.)
7. Yen ojo sembrono, ora bakal nangis. (Jangan sembarangan, nanti menyesal.)
8. Ojo dumeh, ojo cilik. (Jangan sombong, jangan meremehkan.)
9. Urip mung mampir ngombe, dudu mangan. (Hidup itu singkat, jangan hanya untuk mengejar kesenangan semata.)
10. Dino sak lawase, malah ora ketemu. (Ketika sudah lama mencari, justru tidak ditemui.)
11. Ora ana hamba, ana Gusti. (Tanpa yang rendah, tidak ada yang tinggi.)
12. Kang ngalah ora duwe perlu, kang duwe perlu ora ngalah. (Orang yang mau mengalah tidak akan kehilangan apa-apa, orang yang tidak mau mengalah akan kehilangan banyak.)
13. Yen wong nguliti wong, yen wong mangan wong. (Jangan menghina orang lain, jangan mengejek orang yang sedang makan.)
14. Nganti bapuk bali, bapuk tulis. (Semua bisa diukur, kecuali kebaikan hati.)
15. Sopo sing sregep, kang ngerti. (Orang yang pintar, yang mengerti.)
16. Tut mangan, omah ora. (Makan sedikit tapi bisa pulang, lebih baik daripada makan banyak tapi tidak bisa pulang.)
17. Nanging ora kesel penak, nanging kesel ora penak. (Tidak masalah jika susah, tapi tidak masalah jika tidak suka.)
18. Yen ora ngenteni pitik mripat, pitik mripat ngenteni. (Jika tidak sabar menunggu anak ayam menetas, tunggulah hingga ayam menetas.)
19. Yen ora sami, jembar kalih. (Jika tidak sependapat, carilah jalan tengah.)
20. Nanging sirahe wis mangan, cilik susune wis kelangan. (Meski sudah makan, yang kecil di bawah belum tentu kenyang.)
21. Sing mangan mangan, sing kelangan kelangan. (Yang makan makanlah, yang kehilangan kehilanganlah.)
22. Sabe sare, rogo sejare. (Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.)
23. Ora sesuk, ora sepih. (Tidak senang, tidak sepi.)
24. Aja lali sanak, ora lali kadang. (Jangan lupa kepada saudara, tidak lupa kepada keluarga.)
25. Aja sirik, aja dengki. (Jangan iri, jangan dengki.)
Peribahasa Jawa dan artinya, bisa jadi pegangan hidup.
foto: freepik.com
26. Asale ngumpul, tuku endhog. (Asal kumpul, beli apapun.)
27. Ora oleh-oleh, yo gugah-gugah. (Jangan hanya menuntut hak, tapi juga pikirkan kewajiban.)
28. Urip iki mung mampir neng pitu, nganti kang bakal ana. (Hidup ini hanya singgah sebentar, sampai pada yang kekal.)
29. Urip iku urup. (Hidup adalah nyala, sebagai penerang dan memberi manfaat.)
30. Yen tanpa selira, tanpa laku. (Tanpa usaha, tidak ada hasil.)
31. Urip mati, mulya mati. (Hidup mati, terhormat mati.)
32. Becik ketitik, ala ketara. (JPerbuatan baik akan selalu dikenali, dan perbuatan buruk nantinya juga akan diketahui juga.)
33. Mikul dhuwur mendem jero. (Kita senantiasa menjujung tinggi kebaikan orang tua serta merahasiakan segala kejelekanya)
34. Dudu kang macem-macem, supaya ora sare. (Bukan yang sembarangan, agar tidak merugi.)
35. Yen mriki, yen nyuwun. (Jika memiliki, jika membutuhkan.)
36. Sing tahan wicara, tahan mara. ( Orang yang tahan ujian, tahan bencana.)
37. Wani ngelmu, wani ngomong. (Berani belajar, berani berbicara.)
38. Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh. (Upaya yang dilakukan perlahan, tapi akhirnya tujuannya akan tercapai.)
39. Kena iwake aja nganti buthek banyune. (Berusahalah mencapai tujuan tanpa menimbulkan kerusakan.)
40. Sabar sareh mesthi bakal pikoleh. (Pekerjaan apa pun jangan dilakukan dengan tergesa-gesa agar berhasil.)
41. Dhemit ora ndulit, setan ora doyan. (Berharap doa dan harapan agar selalu diberi keselamatan, tidak ada suatu halangan dan rintangan.)
42. Witing tresno jalaran saka kulino. ( Asal mula cinta karena kebiasaan.)
43. Memayu hayuning bawono, ambrasto dhur angkoro. (Memperindah keindahan dunia dan memberantas keangkaramurkaan.)
44. Mikul dhuwur mendhem jero. (Muliakan orang tua atau guru setinggi-tingginya serta maafkan dan pendam dalam-dalam segala aib dan kesalahan orang tua serta guru.)
45. Wong jowo mangan wong liyo, wong liyo mangan wong jowo. (Orang Jawa bisa menerima orang lain, orang lain juga bisa menerima orang Jawa.)
46. Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono. (Kehormatan diri adalah dari lisan, kehormatan raga dari pakaian.)
47. Aja keminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka. (Jangan berlaku sombong dan aniaya terhadap sesama jika tidak ingin Tuhan murka dan memberikan bencana kepada kita.)
48. Adigang, adigung, adiguna. (Jaga kelakuan jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan, serta latar belakang.)
49. Bathok bolu isi madu. (Menggambarkan orang dari kalangan bawah, tetapi kaya akan ilmu pengetahuan.)
50. Kebo mulih menyang kandhange. (Sejauh-jauh seseorang pergi, akhirnya akan pulang ke kampung halamannya.)